Selasa, 27 Mei 2014

IDEALISME


Oh... Sang Guru, tuturkanlah pendapatmu tentang idealisme. Soalnya, akhir-akhir ini aku makin resah dengan banyaknya anak negeri yang kehilangan idealismenya dalam menatap kehidupan berbangsa. Lalu, Ia pun menuturkannya: " Han..., menjadi idealis tidak ada batasan usia. Muda dan tua memungkinkan idealis. Tapi sangat sulit mengharapkan idealis di masa tua, jikalau saja sewaktu muda sudah jadi pecundang."

Senin, 26 Mei 2014

ADA-TIADA


Seorang kawan bertandang ke mukimku, kusuguhkanlah segelas kopi dan pisang goreng. Namun ia protes, sebab sajianku kali ini, menurutnya cukup memberatkanku, merepotkanku. Tibalah Sang Guru ikut nimbrumg berpendapat: " Han..., mengadakan yang tiada sama beratnya meniadakan yang ada. Berlakulah apa adanya saja. Kalau memang ada, sajikanlah dan kalau tiada bersabarlah saja. Memaksakan keduanya, yang tidak pada tempatnya itulah yang memberatkan, sekaligus merepotkan."

Jumat, 23 Mei 2014

MALU


Jelang pertengahan malam, seorang karib berkeluh kesah padaku tentang hilangnya rasa malu pada anak-anak negeri. Daku hanya menyambungkan bisikan Sang Guru padanya: " Han..., ketika rasa malu pada dirimu telah raib, maka yang tersisa hanyalah kemaluan. Jika kemaluanmu pun tidak bisa dikau kendalikan, maka alamat kebinasaan telah sampai di ujung nista."

Minggu, 18 Mei 2014

BAJIK-BIJAK


pemantik ide menyalakan api kebajikan
menyala-nyala liar tak terkira
mengantar kebajikan menjadi kebijakan
bajik awalnya bijak akhirnya
bajik di dalam kebijakan
bijak di atas kebajikan
kebajikan menjadi lestari
kebijakan mewujud abadi

Jumat, 16 Mei 2014

JABATAN (2)


Sang Guru masih saja mencecarku tentang orang-orang yang berebut kuasa, menginginkan jabatan. Sabdanya, " Han..., dalam hal menggapai kuasa, tepatnya memperoleh jabatan, hanya ada dua soal yang perlu dikau cermati. Orang yang memburu jabatan dan orang yang diburu jabatan. Memahami keduanya amat sangat penting, sebab dari situlah dikau bisa melihat mana orang yang melacur dan mana yang melayani. Pelacur dan pelayan adalah dua hal yang berbeda. Memburu jabatan ujungnya melacurkan diri karena ingin memiliki. Diburu jabatan berarti melayani, mengadakan diri, menjadi jatidiri.

Senin, 12 Mei 2014

JABATAN


Baru saja aku menyaksikan seseorang tercerabut dari akar dirinya, demi mempertahankan sebuah jabatan. Lalu hiruk pikuk pun berlomba memperebutkan jabatan, seolah tiada lain lagi yang lebih penting dari soal jabatan ini. Nasehat Sang Guru kembali menyeruduk pikiranku, dengan sabdanya: " Han..., usahlah terlalu larut dalam perlombaan meraih jabatan. Jabatan yang diperlombakan, meraihnya akan menggunakan segala macam cara. Demikian juga mempertahankannya ketika jabatan itu sudah di tangan, akan dipertahankan hingga semuanya, termasuk runtuhnya harga diri. Berhentilah, biarlah jabatan itu yang mengejarmu, sebab dikau memang punya segalanya, yang dibutuhkan jabatan itu. Kala jabatan yang datang menawarkan diri, kehilangannya suatu saat, tidaklah mesti harus membuang harga diri untuk mempertahankannya."