Rabu, 28 Agustus 2013

KEMATIAN



Ikut mengantar jenazah seorang sahabat, teringat nasehat Sang Guru: " Han..., sesungguhnya kematian seseorang adalah puncak kesempurnaan perjalanannya. Dan itulah pintu kepastian yang mesti dilewati menuju keabadian. Keabadian merupakan cita fitrawi yang melekat pada setiap diri."

Senin, 26 Agustus 2013

BAIT



Syahwat menulisku mulai meliuk-liuk, namun Sang Guru menyentakku dengan tuturnya: " Han..., tulislah dalam bait-baitmu apa yang dikau jalani. Perjalananmu adalah bait-baitmu. Itu akan lebih menyata, lalu menyata dalam laku. Lakumu sama dengan baitmu."

Kamis, 22 Agustus 2013

UMUR



Termenung seorang diri, membatin perjalanan hidup, tiba-tiba saja Sang Guru menyingkapkan rahasia umur, tuturnya: " Han..., kala jatah umurmu makin berkurang, organ ragamu satu persatu memohon istirahat, maka penuhilah rengekannya. Dan seharusnya, jiwamu makin bergiat mencari labuhan ruhani, makin merindu pada keabadian. Sebab, demikianlah ujung perjalanan sang jiwa."

Rabu, 21 Agustus 2013

BERKAH



Dalam suatu bincang-bincang ringan tentang kalutnya kehidupan, Sang Guru menggurui : "Han..., tidaklah perlu takut akan ketiadaan reski. Tuhanmu tidak akan pernah mencabut rezki buat setiap hambanya, karena memang itulah janjinya. Namun berkah dari reski itu sewaktu-waktu Ia bisa ambil, amat bergantung pada perlakuanmu terhadap reski itu."

Kamis, 15 Agustus 2013

BENDERA


Sehari menjelang 17 Agustus 2013 ini, daku belum juga menaikkan bendera, laiknya khalayak yang telah menunaikannya, lalu Sang Guru pun menghibur dengan sabdanya: "Han..., bendera itu bukan untuk dikibarkan, tapi untuk dipeluk. Dekaplah benderamu itu, agar bisa menyelimutimu dari sesaunya anak negeri, yang telah merompak negerinya sendiri."

Rabu, 14 Agustus 2013

CAHAYA



Sang Guru memahamkan akan satu soal rumit, dalam tuturnya Ia mendaku: "Han..., biasakanlah melihat cahaya dalam kegelapan. Meski hanya sekunang, pun cahaya itu akan tetap saja terang-benderang dan menerangikan serta menerangi."

Senin, 12 Agustus 2013

SULUK



Pada tanah lapang di hari yang fitri, Sang Guru bersaksi lalu menuturkan kata bajik: "Han..., Ramadhan sebagai nama bulan boleh pergi meninggalkanmu, tetapi sebagai jalan kesucian tetaplah abadi buat sulukmu."

Jumat, 02 Agustus 2013

DIRI



Entah mengapa, Sang Guru tau bahwa daku gundah memikirkan nasib diri, yang ditelikung oleh hasrat duniawi, Ia menohokku dengan sabda: " Han..., lebih mudah menaklukkan yang di luar diri, meski sulit mengenalinya. Dan amat sulit menundukkan yang di dalam diri, meski mudah menemukannya. Yang di luar hasilnya menguatkan, sementara yang di dalam melemahkan diri. Dan itulah sungguh-sungguh wujud kekalahan."