Kamis, 16 Juli 2015

TAMUKU


sore ini bersama mendung kotaku
seiring tergelincirnya senja yang khusyuk
tamuku pamit pulang ke pengutusNya

sebelum pisah
baitbait doa kurapalkan
daku ingin menggelar pesta kecilkecilan
penanda bahagia meluapluap
di perjamuan terakhir tahun ini
burasakku-ketupakku dan aneka lauk tersaji
pesta ini layak dipentaskan sebagai kemenangan bersama

dua puluh sembilan hari yang lalu
dikau tamuku datang bersiang-bermalam
dengan limpahan aneka paket
rahmat-ampunan-pembebasan

daku masih ingat benar
di subuh dinihari kala malam pertama hadirmu
kusajikan sup ayam kampung
tak ketinggalan ayam tumis kecap dan toppa lada
doa penyambutan kurapalkan

dua puluh sembilan hari masamu kali ini
sebab kadang juga tiga puluh hari
tapi itu tidaklah masalah bagi daku
toh dikau akan tetap pamit

esok di hari fitri ketika daku dan sekaumku
berkumpul di tempattempat yang ditentukan
kami akan dilantik sebagai manusia baru
sewujud kulau tau yang memancar menjadi bulaeng tau

itu semua berkat didikanmu
pantaslah berbusana baru kalau punya
busana tua pun tak soal asal bersih nan suci
daku melata sebelas bulan ke depan

dengan kepala tegak
hati yang lapang
pikiran yang jernih
bersertifikasi ketakwaan

Minggu, 12 Juli 2015

TIKUS


aku punya sepotong tanah
tak seberapa luas
hanya empat langkah ke depan
enam langkah ke samping


tetaplah tanah itu kubanggakan
kutanamlah pepaya, jeruk nipis dan srikaya
walau sepohon duapohon tigapohon
masihlah mulai bertunas berdaun kecilkecil

musuhnya cuma satu: tikus
tikus menghabisi dedaunnya
menggerek batangnya
berak pun di sekitarnya

tikus negeriku lain pula
minyak, oli, aspal diminumnya
butas, beton, gedung disantapnya
tainya jadi lembaranlembaran bertuah

canggih nian tikus negeri ini, pikirku
minum santap tainya begitu beradab
kolot benar tikus di tanahku, gumamku
hanya bau busuk menusuk hasilnya

sekilas muncul takjub
bertambahlah takutku
sebab keberadabannya bakal
mengajari kekolotan tikusku

tanahku yang sepotong
tak begitu luas
empat kali enam langkah
akan dimakannya pula

Jumat, 10 Juli 2015

KESETIAKAWANAN





Tidak ada yang lebih dirindukan bagi orang yang berpuasa adalah saat berbuka, itulah kegembiraan. Sehingga, terkadang undangan berbuka puasa merupakan arena perburuan makan minum gratisan. Sahaya termasuk orang yang suka menghadiri undangan, untuk tidak mengatakan berburu makan-minum. Dan, suatu ketika, tatkala hadir di sebuah perhelatan buka puasa bersama, tersajilah menu buka yang begitu beragam dan menggiurkan, namun ternyata tidak mencukupi jamaah buka. Pasalnya, banyak di antara jamaah yang mengambil jatah lebih dari yang disediakan. Guru Han geleng-geleng kepala, lalu bersabda: “ Puasa itu salah satu tujuannya adalah menumbuhkan kesetiakawanan. Manalah mungkin kesetiakawanan itu hadir manakala hanya memikirkan diri sendiri, memenuhi hasrat seorang diri tanpa mempedulikan kawan yang lain? Selayaknya malulah kita pada orang yang dengan ikhlas telah menyediakan menu buka puasa, sebab kita mempermalukannya dengan menenggak minuman dan menggasak makanan seenak perut, yang seolah kemudian tuan rumah merasa bersalah atas insiden yang memalukan itu.”

IMAJINASI


Sudah dua hari menggelinding, putra sahaya yang berusia 10 tahun selalu menunjukkan trik permainan sulapnya dari buku yang ia pelajari, plus menonton trik sulap di youtube. Ada rasa ingin mengacuhkan, tidak memerhatikannya, sebab permainannya masih sangat mudah untuk ditebak. Namun Guru Han segera bernasehat: " Seriuslah memerhatikan permainannya, jadilah penonton sungguhan, berilah tepuk tangan sebagai alat bayarnya, tunjukkan raut takjubmu, lontarkan decak kagummu. Dengan begitu, dikau telah memelihara imajinasinya. Anak yang kehilangan imajinasi, tak bisa diandalkan untuk mengimajinasikan keperluan-keperluan bangsanya di masa depan. Dan, bangsa yang kehilangan imajinasinya adalah bangsa yang telah mati."

Rabu, 08 Juli 2015

KENIKMATAN


Seekor nyamuk bertengger di kepala sahaya, bermaksudlah ia menghisap darah buat makan malamnya. Salah seorang putri sahaya berniat mendapuknya, biar mati. Sebab menurutnya, bakal akan gatal-gatal akibatnya. Melihat momen itu, Guru Han mencegah, lalu bersabda: " Berilah sejenak kesempatan pada nyamuk minum sedikit darahmu, dan biarlah urusan selanjutnya dikau serahkan pada cicak yang bakal mematikannya. Dengan begitu, sudah dua makhluk terpenuhi kebutuhannya dengan pengorbananmu yang sedikit. Adapun gatal-gatal sebagai akibat yang ditimbulkannya, cukuplah menggaruknya sebagai jalan keluar. Dan, renungkanlah bahwa menggaruk itu adalah sebuah kenikmatan yang bisa dilakukan tanpa harus mengelaurkan sepersen pun duit. Nilai guna pengorbanan dan raihan kenikmatan, bila dilakukan secara alamiah, bakal menelurkan kenikmatan, sebagai bentuk pemberian Ilahi."

Selasa, 07 Juli 2015

PIKIRAN





Pada sore yang mulai redup, sahaya berboncengan dengan kekasih hati, menuju pasar dekat rumah, buat beli bahan berbuka puasa. Obrolan pun meluncur, selancar jalan yang terburai, tentang pikiran-pikiran yang berseliweran dan sesekali nyangkut di lembah intelektualitas kami. Sang kekasih lalu barkata: “ Setiap pikiran ada masanya, dan jangan pernah menertawai pikiran yang lama, apatah lagi menyalahkan dengan semena-mena.” Sepulang dari pasar, sahaya adukan pada Guru Han akan tutur itu, ia pun manggut-manggut, mafhum adanya.

Senin, 06 Juli 2015

RAMADHAN


Saat ini, sudah lewat pertengahan bulan suci Ramadhan. Tepatnya, tersisa sepuluh hari lagi. Berkenaan dengan ini, apa tuturmu, wahai Guru Han? : " Ada dua hal yang pasti, tentang keterkaitan seorang hamba dengan bulan Ramadhan. Pertama, orang yang meninggalkan Ramadhan, awalnya amat bersemangat merajut kebersamaan, namun di perjalanan ia pamit untuk kembali ke sediakala. Kedua, orang yang bakal ditinggalkan Ramadhan. Kebersamaanya akan berlangsung hingga akhir, dan Ramadhanlah yang kemudian pamit, sebab memanglah ia tidak lain dari tamu yang datang bertandang sekali setahun dengan segala keberkahannya. Bila saja Ramdhan yang meninggalkan seseorang, maka percayalah, Ramadhan terlebih dahulu mengurapinya, sebagai sertifikat tanda kesucian dalam kefitrahan, dan lelehan airmata selaku pengabsahan perpisahan, barulah kemudian Ramadhan berlalu."

Minggu, 05 Juli 2015

KENYANG


Selepas tunaikan shalat subuh di mesjid dekat rumah, sambil mendengarkan ceramah tentang lailatul qadr, tertumbuklah mata sahaya pada seekor nyamuk yang kekenyangan, tak bisa lagi terbang, hanya diam pasrah. Mungkin si nyamuk berhasil menghisap dengan suntuk, darah jamaah yang khusyuk shalatnya. Tiba-tiba Guru Han mengada, mengetuk pintu kesadaran, menyodorkan segenggam hikmah: " Nyamuk yang kekenyangan itu, sisa pasrah pada pencetan jamaah yang iseng membalas karena darahnya dihisap atau menunggu terkaman cicak yang butuh sarapan pagi. Kenyangnya tak memampukan ia terbang dengan leluasa menghindar dari ancaman. Demikian pula orang yang kekenyangan, ia hanya mampu tertidur dan jiwanya redup, tak bisa terbang menggapai suasana Ilahiah. Puasa, yang menanggalkan kekenyangan, sesungguhnya adalah tangga untuk menggapai jiwa suci dari Ilahi. Kekenyangan yang menimpa seseorang, adalah santapan empuk bagi iblis, meski iblis telah didikat pada bulan suci ini."

Jumat, 03 Juli 2015

BUMERANG


lidahmu menjulur berbisa
meracuni pikiran khalayak

ucapanmu membakar hati
menularkan kebencian sesama

ternyata dikau hanya memfitnah
selembar surat mementahkan segala upayamu

racun itu kini menggigilkanmu
api ucapan membakarmu

semuanya kembali menghancurkanmu
laiknya bumerang beracun nan berbara