Kamis, 23 Oktober 2014

WASPADA


Entah apa sebenarnya yang kupikirkan, kala keliaran asa menari-nari di selasar jiwa, namun tiba-tiba saja Sang Guru menerobos tanpa permisi, guna membabarkan tutur : " Han..., jangan pernah membiarkan suatu tempat tak bertuan, sebab penjarah akan merompak tanpa takut akan Tuhan apalagi penjara."

Minggu, 19 Oktober 2014

SELAMAT


kusobek secarik kertas
dari buku bekas yang sudah usang
kutuliskan sesuatu
serupa ucapan selamat


lalu kujadikannya perahu kertas
pun kuberjongkok di tubir pantai
merelakan perahu kertasku berlayar
kuyakin akan sampai tujuan

entah berapa lama waktu yang dicukupkan
hingga perahu kertasku tiba di istananya
mungkin lima tahun pun belumlah tiba
bahkan kala ia telah meninggalkan istananya

selamat bekerja
demikian nama perahu kertasku

TITIAN


Pagi masih buta, saling bercakap lewat telpon dengan seorang karib, tentang reski yang kadang masih tertunda. Ia menebakku kurang sehat, sebab suaraku tidak seperti biasanya. "Mungkin kena influensa", katanya. Betul sekali tebakannya, dan Sang Guru menyela percakapan, tuturnya: " Han..., kali ini Tuhan barulah memberimu influensa sebagai reski, selanjutnya akan diberinya kamu pembeli obat, dan itulah reski yang sebenarnya. Bukankah setiap sesuatu harus punya titian?"

INDONESIA


di tubir pantai seruni bantaeng
hempasan ombak laut flores tertambat

geloranya mendesakkan asa
hanya kelapangan pantai seruni
terlalu damai untuk dicabik

luluh sudah gejolak
sebab kecupan lembut pantai seruni
merasuk dingin membekukan panas hati laut flores

hanyalah kedinginan sebagai penawar kepanasan
sekali lagi kelembutan menaklukan kekerasan
dalam keteduhan selayak lautan teduh
pesta rakyat layak digelar

pesta memang hingar bingar
tapi kalau rakyat menginginkan
pastilah damai menjadi asasnya

esok senin bersejarah
pada 20 oktober 2014
delapan hari sebelum perayaan sumpah pemuda
kaum muda menancapkan harap
pada indonesia hebat
dengan iringan kibaran merah putih

Sabtu, 18 Oktober 2014

OPTIMIS


Ahad pagi yang semenjana teriknya, daku berkasih-kasihan dengan kekasih, pada ruang batin percakapan tentang hidup dan kehidupan, yang cukup membelenggu asa. Terpuruk dalam tubi masalah, membincangkannya adalah sebentuk terapi jiwa. Sang Guru menimpali kami, sebentuk tutur meluncur: " Han..., tidak banyak orang yang masih bisa menggapai bahagia, kala keterpurukan materi melilit. Justeru karena lilitannyalah, bahagia menjadi benderang. Bukankah di balik keredupan, menjanjikan keterangan? "

Rabu, 15 Oktober 2014

KEMBARA


Seorang karibku makin kencang melanglang buana, menjajaki negeri-negeri di seantero jagat. Lalu apa yang bisa dipetik dari seorang pengembara? Pada kedalaman batin, Sang Guru menerobos lewat tutur: " Han..., seperti halnya burung yang terbang meninggalkan sarang, ada dua jenis pengembara. Pertama, yang terbang sekadar mengangkangi buana, terbang berkeliling di atasnya. Kedua, pengembara yang mencari pengalaman untuk balik ke kandang, lalu membagikan apa yang diperolehnya. Membumikan yang di angkasa, memizankannya dengan situasi kampung halaman."

Selasa, 14 Oktober 2014

SOAL


Terus terang, akhir-akhir ini aku uring-uringan. Pasalnya, lagi kebingungan memulai dari mana menangani persoalan yang melanda salah satu tempat aktivitasku. Namun, Sang Guru sejak dini menasehatkan: " Han..., memulai aktivitas yang baru, sangatlah mudah memulainya. Sebab, belumlah ada beban-beban capaian yang senantiasa menghantui. Sebaliknya, aktivitas yang sudah mapan, lalu kemudian bermasalah, jauh lebih sulit menanganinya. Dibutuhkan kapasitas berlipat-lipat."

Senin, 13 Oktober 2014

DIKAULAH



cintaku memang buta
cahaya-Mu-lah penerangnya

pikiranku liar tak bertepi
sinar-Mu-lah labuhannya

imajiku terbang nirbatas
kepastian-Mu-lah tenggernya

hasratku meluap tumpah ruah
tutur-Mu-lah tuntunannya

di-Kau-lah pualamku
tergelincir pun daku rela

walau harapku
berselancar di kilaunya

Selasa, 07 Oktober 2014

POHON


Aku terkesima dalam takjub, berdepan-depan dengan pepohonan yang dihiasi lampu, kerlap-kerlip batang-tangkainya. Sungguh heran Sang Guru memerhatikan lakuku yang amat kekanak-kanakan ini, maka ditohoknya daku dengan sebilah tutur: " Han..., maksud dari orang yang menghias pepohonan itu ingin memperindahnya, padahal justeru mengasingkannnya. Tidakkah dikau dengar jeritan pohon sepanjang malam, yang seharusnya sudah tidur, tapi masih dipaksa untuk melek, berhias demi berbagai pasang mata yang serakah pada keindahan tipuan mata? "

SUDAHILAH


malam ranum disiram cahaya rembulan
walau dingin tak ingin menepi

masamu di ujung nasib
takdir dikau pahat sendiri

pada bongkahan keluguan
nasib memang beda dengan nasi

sebab nasib mengundang rakdir
sedang nasi memanggil basi

basa basi bisa berbisa
mematikan di sisamu

waktumu berakhir
sudahilah sudah yang memang berkesudahan

di tanganmu nasibmu tergenggam
pada jiwamu takdir menanti

penjara raga berhingga
terungku jiwa nirhingga

Kamis, 02 Oktober 2014

HAJI (2)





aku  ingin berhaji
demikian mulanya
untung belum sampai wujudnya

lalu kuhanya butuh haji
bersama Ali Shariati
itulah akhirnya

walakin belum terwujud butuhku
tubuhku sudah menggenapkannya

cukuplah menamatkan risalah Hajinya Ali Shariati
jiwaku telah tiba di tanah suci
walau ragaku masih terterungku di negeri sendiri

Rabu, 01 Oktober 2014

HAJI (1)


aku belum bisa berhaji pada tahun ini
tahun-tahun depan juga belum pasti

aku ingin sekali dipanggil Haji
maka kuputuskan untuk menggaib
selama musim haji
atas anjuran bisikan pembisik
meski berisik di pikirku

pergi meninggalkan kampung
lalu kutelusuri pasar-pasar
banyak nian pernak-pernik haji
buat tandamata kala pulang

di pasar Butung aku terdampar
kukulaklah songkok, tasbih, sajadah, karpet dan cincin
kusampari pula mal-mal
buat nambah cendramata

ini semua kulakonkan
demi suatu panggilan : pak-bu Haji