Kamis, 31 Desember 2015

2016


di pucuk dini

terompetku melemah bahananya
merconku nirsuara
petasanku tak menyalak
kembang apiku ditelan pagi


yang tersisa
serakan sampah
kuwariskan buat awal tahun

RANGKAP-RANGKAK


Dari jauh kelihatan nampak sumringah kawan sahaya. Pasalnya, baru saja didapuk untuk mengemban amanah pada sebuah lembaga. Ini berarti, jabatan kesekian yang didudukinya. Tepatnya, rangkap jabatan di berbagai instansi dan institusi sosial. Bonus awal tahun yang menggiurkan, tukasnya. Guru Han yang alpa dari persamuhan kali ini, melayangkan pesan pendek, serupa SMS: “ Kabarkanlah pada kawan kita itu, bilang padanya, tak usahlah beriang karena merangkap berbagai jabatan, sebab bisa saja ia merangkak di selasar perjilatan kuasa untuk jabatan. Maka bakal merangkaklah ia kala menunaikan jabatan.”

Selasa, 29 Desember 2015

PEKA


Tersungut-sungutlah seorang karib menyambangi mukim sahaya. Ungkapan-ungkapannya satir menyedihkan, sekaligus menyusahkan. Soalnya, tahun ini sudah di penghujung waktu, sementara permasalahannya masih setia mensebadaninya. Guru Han menyela perbincangan, sebongkah tutur berasah melantun: " Pahamilah masalah itu sebagai cara untuk mengaktifkan potensi kepekaan. Bagi orang yang bermasalah, kediriannya amat peka terhadap lingkungan, seolah semua mata tertuju padanya sebagai terdakwa. Apatah lagi, kalau masalah itu sudah menggiring ke tubir putus asa, rasanya selalu merasa tersudut. Demikianlah Maha Pemberi masalah mendidik seseorang, agar kelak, manakala dikau terbebas masalah, maka kepekaanmu melihat masalah orang lain lebih bening. Orang belum mengutarakan masalahnya, dikau sudah meresapinya, merasakannya sebab telah punya pengalaman tentangnya."

Senin, 28 Desember 2015

PERHATIAN


Pada sepetak waktu yang telah direncanakan, terselenggaralah persamuhan sekolompok kaum, buat merancang masa depan komunitasnya. Sahaya terkejut, tatkala seorang anak kecil yang ikut orang tuanya, menjatuhkan sisa tumpukan kursi kosong. Kaget seisi ruangan, anak kecil itu kelihatannya ikut sok dan agak takut. Namun, seorang pembicara segera menyela, bahwa sang anak itu hanya ingin mencuri perhatian dari kerumunan orang dewasa. Guru Han tersipu menyaksikan adegan itu, lalu didedahkannya tutur: " Bila saja dalam sebuah pertemuan, dan ada seorang peserta terlalu ngotot, seolah pikirannya saja yang berharga, sekonyong pikiran itu berguna bagi orang banyak, perlulah kewaskitaan. Sebab, siapa tau dia hanya mencari perhatian, serupa dengan anak kecil yang mencuri perhatian itu."

Sabtu, 26 Desember 2015

LUPAKANLAH



Syahdan, saling curhat di penghujung tahun menghidu persamuhan dengan beberapa kisanak  Seorang sanak memuntahkan uneg-unegnya dengan penuh sesal. Betapa tidak, ia merasa telah menolong seseorang hingga tak terhitung bantuannya, namun saat terpuruk, menunggulah.giliran untuk dibantu agar bisa keluar dari kubangan masalah. Apa lacur, pelampung masalah tak kunjung dilemparkan. Sahaya larut dalam muntahan kesal itu, soalnya nasib yang sama juga berlaku pada sahaya. Guru Han hadir menyata, dengan enteng, tutur pun melancar: " Jikalau dikau memberikan bantuan, usahlah berharap untuk dibalas. Berlakulah semisal buang tinja, yang tak berniat sekalipun untuk mengambilnya kembali, apatah lagi diantarkan ke mukimmu. Lupakanlah, dengan begitu, dikau menjadi merdeka karena telah membuang sesuatu yang amat penting. Dan, justeru menjadi bencana tatkala dikau tidak melimpahkannya. Berbuat baik, selaiknya karena memang harus berbuat baik, bukan untuk motif yang tak berujung."

Kamis, 17 Desember 2015

SESAL



Pohon jeruk di sudut depan rumah amat rimbun dan buahnyapun makin bertubi. Sahaya menelisik daun dan buahnya, mata tertuju pada seekor ulat bulu warna hijau bergurat hitam. Selintas indah walau gatal kala tersentuh. Namun keisenganlah mencungkilnya dari ranting dan daun yang pupus karenanya. Terjatuhlah sang ulat ke selokan dan hanyut, pasti mati. Selang beberapa detik kemudian, Guru Han menerobos relung batin dan mengusik pikiran, tuturpun membelati: " Tahukah dikau bahwa sang ulat itu bakal bermetamorfosis mewujud kupu-kupu? Merayap di ranting dan memakan pucuk daun adalah prosesnya. Inilah masalahnya, dikau jijik pada ulat, namun mencintai dan takjub pada kupu-kupu. Menyesallah, karena telah memotong matarantai keindahan."

Senin, 14 Desember 2015

MITRA


Tahun 2015 sebentar lagi pamit, tahun berikutnya segera menggelinding. Sesosok kisanak mampir di semedi sahaya, bercuap-cuap tentang capaian-capaiannya di tahun ini. Namun ia tetap gundah, betapa tidak, ada sebongkah obsesi yang belum terwujud, bahkan didahului oleh kisanak lain. Cemburu dan kesallah ia, mengumpat dan mengumbar sumpah serapah dan berjanji menaklukkannya di masa depan. Guru Han yang sedari tadi hanya diam menyimak, tiba-tiba menggelontorkan ujar-ujar: " Orang yang selalu memandang orang lain yang berhasil sebagai bukan keberhasilannya, pastilah dianggap sebagai saingan yang saban waktu mengancam. Maka bawaannya bakal uring-uringan melulu. Selaiknya, keberhasilan orang lain dipandang sebagai keberhasilan setiap insan yang dititipkan padanya, sehingga orang lain selalu didudukkan sebagai mitra dalam kehidupan. Akan lebih indah hidup ini, bilamana keberhasilan diri termanifestasi pada keberhasilan sosok lain. Tidak mesti dalam permainan sepak bola, diri harus mencetak gol. Bukankah bola yang ditembakkan seorang kawan lalu menjadi gol membuahkan kemenangan bersama, keberhasilan kolektif? "