Jumat, 31 Maret 2017

LAMA-BARU

Bagi para pengelola ruang baca, atau apapun namanya yang sepadan dengan perpustakaan di komunitas literasi, usahlah mempersoalkan buku bekas-lama atau baru yang diwakafkan oleh para dermawan. Soalnya, buku baru dan lama itu, relatif posisinya di mata para pembaca. Bisa saja buku itu sudah lama terbit, bekas pula, namun bagi pembaca yang baru menemukannya, atau membacanya, tetaplah buku itu baru baginya. Boleh jadi, buku itu baru secara fisik, namun merupakan cetak ulang, bagi kisanak yang sudah membacanya, tentulah buku itu tergolong lama. Jadi, terimalah semua jenis buku, soal kebaruan dan keusangannya, serahkan saja kepada para pembacanya. Sikap yang rada bijak ini, tetap saya tabalkan sebagai kredo pegiat literasi.

Kamis, 30 Maret 2017

KHATIB-KHUTBAH

Hari ini, Jumat bermekarkan berkah. Berharap sudilah kiranya, ada segelintir Khatib Jumat, dalam khutbahnya, menyampaikan penuh ajakan pada para jemaah, agar senantiasa berwakaf, khususnya berwakaf buku pada komunitas literasi, yang menyiapkan ladang ruang bacanya, untuk ditaburi buku-buku. Tegaskanlah, bahwa berwakaf buku, sama derajatnya dengan perbuatan menyumbang lainnya, sama-sama diganjar pahala oleh Yang Maha Pemurah. Harapan saya ini, pun tidak lepas dari kredo pegiat literasi.

Rabu, 29 Maret 2017

MOTIF

Tidaklah perlu bergundah gulana, tentang apa motif terdalam dari seorang pewakaf buku, tatkala berwakaf buku pada sekaum komunitas literasi. Sebab, yang dibutuhkan darinya adalah buku wakaf itu, bukan motif berwakafnya. Biarlah motif-motif berwakaf itu menjadi urusan dia dengan dirinya, dan penciptanya. Toh, yang kita catat adalah jumlah buku wakafnya sebagai bentuk pertanggungjawaban publik, sementara malaikat akan mencatat motif-motif itu. Pemilihan sikap dan pemilahan motif, yang saya ajukan ini, masih terkait langsung sebagai kredo pegiat literasi.

Selasa, 28 Maret 2017

BANK

Bila saja kisanak berinvestasi, atau menabung pada sebuah bank, bukankah akan mendapatkan imbalan keuntungan berupa bunga, bisa pula bagi hasil, dan lainnya? Makin besar investasinya, pun makin lebih baik program jasanya, jelas akan memberikan imbalan yang sepadan. Demikian pula, jika kisanak berinvestasi pada sekaum komunitas literasi, yang menyediakan program wakaf buku, sesungguhnya berwakaf buku padanya, serupa dengan berinvestasi itu. Makin banyak buku, apalagi kalau bukunya yang berkualitas, maka akan banyak pula imbalan yang bakal diterima oleh pewakaf. Ilustrasi ini, saya ajukan, agar lebih jelas maksud dari suatu tindakan berwakaf buku. Dan, ini saya masih meyakininya sebagai kredo pegiat literasi.

TEMAN

Saat ini, teman saya di facebook sudah penuh, berlapikkan jatah pertemanan. Lalu, terbayanglah sudah, jikalau saja setiap orang itu, berwakaf buku satu eksamplar saja, berarti ada 5000 eksamplar buku yang siap didonasikan ke komunitas-komunitas literasi. Dahsyat bukan? Bayangan saya ini, pun masih merupakan kredo pegiat literasi.

Rabu, 22 Maret 2017

BERBURU

Tiada bencana yang lebih menggelikan, tatkala sebuah perpustakaan, atau semacamnya, yang memilki buku, namun tidak ada yang datang membaca maupun meminjam buku . Karenanya, saatnyalah para pengelola berburu pembaca, seperti seorang gembala yang menggiring ternaknya agar masuk ke kandang. Boleh pula menandanginya ke tempat-tempat mereka berkaum. Kegelian saya ini, pun masih serupa dengan kredo pegiat literasi.

Senin, 20 Maret 2017

PENYAKIT

Jika komunitas literasi itu diibaratkan sebagai tubuh, maka ia pun senantiasa dijangkiti penyakit. Mulai dari yang ringan, hingga yang akut. Namun, bila mampu menjaga kesehatan tubuh, di mana setiap gejala sakit mampu diubah menjadi antibodi, maka tubuh menjadi kuat. Anggaplah ada proses imunisasi. Penyakit dalam yang paling berbahaya, kalau ada persona yang bersolo, padahal fitrahnya komunitas, sesarinya adalah komune. Penyakit luar yang mengancam, tatkala bantuan menjadi bencana, serupa bantuan tapi mematikan jiwa komunitas. Masalah-masalah yang muncul dalam komunitas, seharusnya makin menguatkan, bukan melemahkan. Risau-risau semacam ini, pun masih saya anggap sebagai kredo pegiat literasi.

Minggu, 19 Maret 2017

DIKTUM

Bagi komunitas literasi yang sudah tumbuh, berkembang bak tanaman yang subur, dan berbuah pula, menjadi kewajiban baginya untuk menularkan pengalaman, pengetahuan atau apa saja yang dapat menunjang kelangsungan hidup suatu komunitas literasi. Tiada yang lebih membahagiakan, bagi seorang pegiat literasi, yang mengabdi pada komunitas literasi, bila ikut membidani lahirnya, merawatnya, komunitas lain. Bagi sekaum pegiat di komunitas literasi, berlaku diktum suci, hadirnya komunitas lain merupakan cermin diri atas diri komunitasnya. Penegasan ini, saya maksudkan sebagai bagian dari kredo pegiat literasi.

Jumat, 17 Maret 2017

LAHAN

Bersyukurlah, wahai segenap kisanak. Bila di seputarmu ada komunitas literasi. Sebab, dengan begitu, telah tersedia lahan kebaikan buat menegakkan jalan-jalan juang. Pertanyaannya, bagian apa yang mesti kisanak ambil, saat memelatai lahan juang itu? Tanya yang saya ajukan ini, pun masih selaras dengan kredo pegiat literasi.

Kamis, 16 Maret 2017

PINJAM-KEMBALI

Meski ada ungkapan populer, "Orang bodoh yang meminjamkan buku, tapi lebih bodoh lagi, orang yang mengembalikan buku itu" sudah diimani begitu kukuh. Waima ungkapan itu bernada guyonan, namun banyak yang mewujudkannya. Mestikah kita sebodoh itu? Jadi, bila saja kisanak meminjam buku, di salah satu komunitas literasi, kembalikanlah! Sebab, yang meminjamkan itu adalah sekaum orang pintar, yang jika kisanak mengembalikannya, berarti kisanak telah menjadi pintar berlipat dua. Pintar karena membacanya, dan lebih pintar lagi sebab mengembalikannya. Bagi saya, penegasan ini, serupa dengan kredo pegiat literasi.

Rabu, 15 Maret 2017

WAKAF (LAGI)

Sudahkah kisanak berwakaf buku? Bila belum, atau sudah pernah, tapi ingin mengulangi perbuatan baiknya, segeralah sambangi komunitas-komunitas literasi di seputar kisanak. Nyatakanlah bahagia kisanak dengan berwakaf buku, maka kebahagian baru akan datang menyerbu bertubi-tubi. Percayalah! Pertanyaan ini saya ajukan, masih merupakan bagian dari rukun iman pegiat literasi.

Selasa, 14 Maret 2017

SUAKA

Semestinya, perpustakaan itu adalah tempat suaka bagi buku, yang aman dan nyaman. Karenanya, bila suatu komunitas lietarsi punya perpustakaan, terimalah semua jenis buku, baik buku itu sependapat ataupun berseberangan dengan pengelola. Toh, buku-buku yang berhimpitan di rak-rak buku, tidak pernah gaduh, meski antara yang satu dengan lainnya, berbeda isinya. Maklumat saya ini, masih merupakan bagian dari rukun iman pegiat literasi.

Senin, 13 Maret 2017

WAKAF

Berwakaflah buku ke komunitas-komunitas literasi dengan sepenuh jiwa, seolah yang menerimanya adalah dirimu sendiri. Jadi, bila berwakaf dengan buku yang baik kualitasnya, bernilai gizi tinggi, maka dikaupun bisa merasakan lezatnya hasil wakafmu itu. Sebab, sesungguhnya, jiwa itu saling beresonansi dalam kebahagiaan. Ujar saya ini, masih saya anggap sebagai rukun iman pegiat literasi.

Minggu, 12 Maret 2017

ADIL

Di dalam pelukan tradisi literasi, kedudukan setiap orang sama. Tradisi literasi bakal menghidu siapa saja, bila ia mengupayakannya. Dan, terkadang orang yang tinggi jenjang pendidikannya, lebih rendah tradisi literasinya tinimbang orang yang rendah tingkat pendidikan formalnya. Pun, bisa juga, orang yang di pelosok desa, jauh lebih maju tradisi literasinya, ketimbang yang di pusat kota metropolitan. Makanya, kita semua mestilah berlaku adil, tidak boleh melihat jenjang pendidikan seseorang, maupun wilayah mukimnya, dalam ajakan gerakan melek literasi.