Selasa, 30 Desember 2014

WAL-AKHIRIN


Kita sudah berada di penghujung tahun 2014. Karib, sanak, keluarga, kawan, kekasih, dan sahabat berkumpul bersama di pelataran jiwa. Saling berdepan-depan dengan imajinasi masing-masing, hujan deras mendaras negeri kami, sederas itu pula airmata kami mengucur. Betapa tidak, Sang Guru hadir di antara kami lalu menuturkan sabda: " Han..., dan juga kalian yang hadir di perhelatan jiwa. Seiring dengan berakhirnya tahun ini, kebersamaan kita kurang lebih 3 tahun, kucukupkan pula tutur-tuturku kepadamu. Aku tidak menghilang, melainkan jiwaku menubuh tumbuh pada jiwa-jiwa kalian. Dan, pada kesempatan ini pula, kumaklumatkan untuk menegaskan bahwa Han telah kutasbihkan menjadi Sang Guru. Bolehlah kalian menyapanya sebagai Sang Guru Han, mogalah Ia berkenan bertutur di masa depan."

Selasa, 23 Desember 2014

NATAL


aura Natal mengharu biru di kisaranku
teringat dengan kawan-kawan Kristianiku
semasa masih kanak-kanak dan usia sekolah
Johannis, Feri, obet, Tabita, Rifka, Adriana, Lasarus
berada di mana kalian?


ada sejumput rindu untuk bertemu
sebisa mungkin kita main bersama lagi
penuh keceriaan nan bahagia
masihkah mungkin di usia jelang separuh abad
merasakan masa kanak-kanak dan usia sekolah?

sengaja ini kutanyakan padamu
dan pada diriku
sebab dalam mengarungi kemelataan hidup
tidak sedikit pengalaman yang mengharuskan
saling benci bahkan saling meniadakan

pada sisa jatah usia kita masing-masing
kedewasaan tentulah makin menghampiri
dan puncaknya menjadi kanak-kanak kembali

aku benar-benar berharap
kala kita bertemu kembali
kita semua sudah mendewasa dalam wujud kekanakan
biar keceriaan nan bahagia itu menerungku kita

dalam terungku itulah
kita bisa saling berbagi
sebab kita berada pada nasib yang sama
ditakdirkan sebagai sesama manusia
yang mesti saling memelihara kehidupan
sebagai buah dari kelahiran
bukankah Natal berarti kelahiran?

kehidupan diawali oleh kelahiran
bagi pecinta kelahiran manusia agung
baik bagimu maupun untukku
memelihara kehidupan adalah titahnya

pengalaman hidup yang saling benci
hanyalah beternak permusuhan
pangkal permusuhan adalah benci
muaranya akan saling mematikan
mari di tengah perayaan kelahiran
kita kubur kematian

Senin, 22 Desember 2014

LUPA


Akhir pekan, daku merencanakan ke luar kota. Kupesanlah oto angkutan umum langgananku. Namun ia lupa menjemputku. Maka kucarilah oto pengganti sebagai alternatif meski tidak kukenal sopirnya. Di atas lajunya oto, kecewa campur aduk atas kejadian ini. Tentulah Sang Guru tak rela melihatku tenggelam dalam kegundahan, sabdanya pun menuntunku: " Han..., jangan kesal hanya karena lupa. Sebab, kali lain dikau butuhkan lupa untuk melupakan hal-hal yang sulit dilupakan. Jadi lupanya orang itu sebagai pengingat bagimu untuk melupakan kejadian ini agar dikau melupakannya. Mohon maaflah padanya, karena dikau menyebabkan ia merasa bersalah. Normalkanlah rasamu seperti sediakala, Itulah tandanya dikau sudah lupa akan peristiwa ini."

Jumat, 19 Desember 2014

KELIMPAHAN


Pohon jeruk yang kutanam di sudut pekarangan mukimku, sudah berbuah, melimpah berbutir-butir. Saban hari selalu ada saja yang mengambil daun dan buahnya tanpa meminta, mencuri. Gundah daku dibuatnya, sebab tidak punya waktu untuk menungguinya. Karenanya, Sang Guru pun menghujamkan tuturnya: " Han..., kelimpahanmu itu telah menjadi bencana bagi orang lain dan dirimu. Dikarenakan kelimpahan menyebabkan orang jatuh ke lembah dosa, mencuri. Dan bagimu menjadi bencana sebab tidak membagikannya pada yang mencuri itu."

PENYESALAN


adakah rasa bersalah yang lebih suntuk
dari melaparkan sekawanan burung?

jalak, pipit, kutilang
terbang ke mana kalian?

memang perlakuanku niradab
selaku sesama penghuni semesta

pohon kersen yang kutanam
telah kutebang
hanya karena khawatir
ditumbagkan angin
lalu menimpa rumah tetangga

padahal belumlah tentu
angin sejahat itu

bukankah pohon kersen itu
telah menjadi istanamu?

menyantap buahnya
bersendragurau sesamamu
gala berkasih-kasihan
tempat bercinta yang paling indah

akulah yang menanam
tapi kala tumbuh
telah jadi milik bersama

sepatutnya daku menahan diri
dari ego kepemilikan

kesegaran udara
sulit kurasakan
kerindangan di kala terik
kini tiada lagi

oh....aku sudah berlaku zalim
pada diriku
juga padamu

Kamis, 18 Desember 2014

PERCAYA


Setiap pekan, daku sering membersihkan selokan di samping-depan rumah. Namun, selalu saja ada yang membuang sampah setelah kubersihkan. Pening juga kepalaku, memikirkan ulah oknum tersebut, penasaran ingin bersua dengannya. Pada rasa penasaranku, mewujudlah Sang Guru dengan sepenggal sabda: " Han..., orang itu tau persis, bahwa dikau mampu menyelesaikan masalah sampahnya. Maka berbahagialah, sebab ia memercayaimu untuk membuangkan sampahnya. Tidak banyak orang yang bisa dipercayai pada tingkatan percaya terendah seperti itu. Bahkan, ia sendiri tidak percaya pada dirinya sendiri untuk membuang sampahnya sendiri."

Selasa, 16 Desember 2014

DION


hari ini karibku
Dion Syaif Saen berulang tahun
burung-burung berkicau
ikut mengucapkan selamat


walakin burung-burung itu
terbang jauh dan tertawan sangkar
tetaplah mereka mengirimkan salam

sebab karibku ini
telah memahat asa di sudut hatinya

seperti halnya aku
tetap merindu
walau di kejauhan
salam kulayangkan

sebab pahatannya
terukir dalam lukisan jiwa

Sabtu, 13 Desember 2014

JIWA-RAGA


bersoleklah
apa guna gedung yang dikau bangun
gelap gulita
nircahaya


kutawarkan sekunang sinar
selaku penerang
dikau menampiknya

sila tenggelam dalam kegelapan
hantu siap menyetubuhimu
nikmatilah kebinalan hasrat senggama

jiwaku makin azali
butuh raga buat bingkainya
mestinya dikau menyiapkan raganya
biar jiwaku tidak liar

kesempurnaan jiwa manakala beraga
kepatutan raga tatkala berjiwa

jika jiwaku meliar
maka tunggulah aku

di pelataran kantormu
di selasar rumahmu
pada beranda tidurmu
pada pekarangan mimpimu

karangan bunga telah kusiapkan
akan kujejer di bahu jalan
searal perintang lajumu
sebentuk penanda kematianmu

AIRMATADARAH


airmataku airmatamu airmatakita
dan darah mereka
tertampung di danau kesedihan

taklah pernah cukup
membasahi padang itu

walakin sang padang
dengan lakon kibasan pedang
akan bersaksi kelak

airmata dari berbagai penjuru
taklah lelah mengalir
mencari darah selaku kembarannya

padang tangisan airmata
pedang cucuran darah
airmatadarah

Kamis, 04 Desember 2014

SETIAKAWAN


Hari masih pagi, teriknya semenjana saja, menghangatkan tubuh. Sebisa biasaku, saban pagi di perempatan lampu merah, mampir sejenak beli koran pavoritku pada loper langgananku. Namun kali ini, ia menyorongkan temannya, diiringi ucapan: " Dia baru datang, beli saja sama dia, belum ada pembelinya pak." Daku benar-benar terkesimak, hadirlah Sang Guru bertutuir: " Han..., kesetiakawanan lebih mudah tumbuh di kalangan orang kecil. Mereka yakin akan rejeki yang terbagi, kelapangan dada mengusir keserakahan jauh darinya. Mereka percaya Tuhan dalam tindakan. Wajah Tuhan jelas di rautnya, keikhlasan menubuh padanya. Karena merekalah Tuhan menunda kiamatnya."