PERAN MAHASISWA
DALAM MEMBANGUN DEMOKRASI ETIS*)
Oleh Sulhan Yusuf
Ada tesis yang sudah cukup
mapan, bahwa mahasiswa adalah salah kelompok masyarakat yang senantiasa
berperan dalam perubahan. Pertanyaannya adalah, mengapa mahasiswa harus
terlibat dalam proses perubahan? Setidaknya, menurut Arbi Sanit, ada lima
faktor yang mendorong mahasiswa untuk bergerak. Pertama, sebagai kelompok
masyarakat yang memperoleh pendidikan terbaik. Kedua, sebagai kelompok
masyarakat yang paling lama mengalami pendidikan, proses sosialisasi politik
terlama di antara angkatan muda.
Ketiga, kehidupan kampus
membentuk gaya hidup unik melalui akultrasi sosial budaya yang tinggi di antara
mereka. Keempat, mahasiswa sebagai golongan yang akan memasuki lapisan atas
susunan kekuasaan, struktur ekonomi, dan akan memiliki nilai lebih – elite kaum
muda. Kelima, seringnya mahasiswa terlibat dalam pemikiran, perbincangan dan
penelitian berbagai permasalahan masyarakat.
Dari kelima faktor tersebut,
menyebabkan dengan sendirinya mahasiswa dikagarikan sebagai kelompok strategis.
Saking stratgesnya posisi mahasiswa tersebut, maka dapat dikatakan bahwa
mahasiswa adalah salah satu kekuatan politik-perubahan meskipun tidak
terlembagakan, dalam artian bukan lembaga politik, apalagi politik praktis.
Makanya, yang paling mungkin bagi mahasiswa adalah menjadi kekuatan moral-etis,
include mendorong lahirnya atau bahkan turut membangun proses demokrasi yang
etis.
Masalahnya kemudian adalah,
dalam dimensi kekinian wajah dunia kemahasiswaan seringkali sangat buram. Mulai
dari situasi yang tidak lagi memungkinkan tumbuhnya sikap kritis, anarkis
hingga prilaku tidak demokratis. Fakta-fakta semisal, mereka hanya sibuk dengan
dirinya, perkelahian antar mahasiswa, demo bayaran, sikap reaksioner, hanyalah
segelintir persoalan yang sudah dipastikan akan dapat membunuh karakter
mahasiswa sebagai kelompok strategis untuk sebuah perubahan.
Lalu bagaimana dengan realitas
sosial kita dalam kaitannya dengan masyarakat yang demokratis, sebagai cerminan
indikator kemajuan sosial-politik masyarakat? Iklim demokrasi kita saat ini
adalah iklim demokrasi yang keropos. Keropos karena disebabkan olehnya adanya
parasit demokrasi yang sangat berpotensi membunuh demokrasi. Setidaknya,
menurut Boni Hargens ada tiga
kelompok parasit demokrasi, yaitu;
parpol, politisi korup dan penegak hukum yang curang.
Parpol kita absen dalam
melakukan tugas pendidikan politik, sosialisasi politik, serta agregasi dan
artikulasi kepentingan. Akibatnya, parpol hanya akan melahirkan politisi yang
korup dalam berbagai lembaga negara. Ditambah lagi dengan penegak hukum yang
curang, yang hanya bekerja untuk menghukum orang yang tidak menguntungkan
secara ekonomi, kekuasaan, dan sebaliknya memelihara orang-orang yang
menguntungkan secara ekonomi-politik.
Parpol kita yang hanya bagi-bagi
kekuasaan, lembaga politik (DPR) yang mandul, polisi dan jaksa yang bersetubuh
mencari kenikmatan materi, adalah realitas keseharian yang amat mudah kita
saksikan.Pada konteks inilah ketelanjangan kerusakan terlihat dengan sangat
jelas. Lalu gugatan yang patut diajukan adalah bagaimana jadinya ketika
mahasiswa yang merupakan kelompok strategis untuk sebuah perubahan, hanya sibuk
dengan dirinya, reaksioner, kerjanya tawuran, membela yang bayar, bertemu
dengan parasit demokrasi di masyarakat? Jawabannya sangat pasti, masyarakat
akan mati.
*) Disajikan
sebagai pokok-pokok pikiran dalam diskusi lesehan di Pelataran FPMIPA UNM yang
diselenggarakan oleh LKIMB UNM, 10 Desember 2009.
0 komentar:
Posting Komentar