Untunglah ranah olah jiwa dan ruang persilatan pikiran masih terbuka lebar di pelataran mukim sahaya, sehingga para penikmat persamuhan masih datang dan pergi, silih berganti. Namun, ada yang sering mengganggu, tatkala perbincagan begitu khusyuk, beberapa orang sering sibuk sendiri dengan gawainya. Nyelutuklah kisanak yang lainnya, dengan tanya yang menyindir, masih perlukah kita bersosial media, yang lebih banyak mengumbar kebohongan, permusuhan dan kebencian? Guru Han mendehem,lalu angkat tutur: "Justeru inilah saatnya menguji kewarasan di tengah kegilaan. Kalau saja terasing di tengah massivnya kebohongan, permusuhan dan kebencian, itu tandanya diri masih sadar. Apatah lagi bila bisa memilahnya, itulah kecerdasan yang paripurna."
Kamis, 08 Desember 2016
BALASAN
Diposting oleh
Sulhan Yusuf
di
15.48
He...he...he..., sahaya terkekeh,
tatkala berdepan-depan dengan beberapa kisanak, yang lagi santai bareng
diskusi, di selasar tempat mengais reski. Pasalnya, salah seorangnya,
menunjukkan sebuah gambar di jejaring media sosial, yang aduhai. Seseorang yang
menelanjangi dirinya, mengikuti sesuatu yang telah disesatkannya. Dalam
keriuhan tubrukan pendapat, tetiba saja Guru Han berujar: "Bila Tuhan
menyingkap sedikit saja kuasanya, atas seseorang yang selama ini disembunyikan
itikadnya, maka takkan ada kekuatan yang bisa menutupinya. Apa pun dan siapa
pun itu. Jika Tuhan menempatkan seseorang pada ketaklukan terhadap apa yang
dibencinya, meski yang dibenci tidaklah salah adanya, maka orang tersebut akan
mengalami posisi tak elok, maju kena, mundur apalagi."
Langganan:
Postingan (Atom)