Tibalah buka puasa bersama.
Persepakatan awal pun terwujud. Sehabis berbuka, sahaya kesulitan bergerak.
Sama sulitnya, tatkala matahari mulai tergelincir. Apatahlagi, ketika senja
mulai meranum, lelahnya berlipat-lipat. Melihat keadaan itu, Guru Han berucap
lirih, “begitulah akibatnya bila puasa masih sebatas menahan lapar dan haus.
Buka puasa menjadi arena balas dendam. Loyo saat berpuasa, karena lapar dan
haus, loyo pula setelah berbuka, sebab kekenyangan. Makan dan minumlah
secukupnya, sesuaikan dengan kebutuhan tubuhmu”. Sang Guru menyambar umpan ucap
itu, dengan sabda yang mencengangangkan,”kalian yang berbuka, tapi akulah yang
kenyang. Sebab, keterpenuhan butuhnya tubuhmu, menjadi syarat kebutuahnku pada
tubuh tunai”.
Kamis, 31 Agustus 2017
Rabu, 30 Agustus 2017
ARAFAH
Diposting oleh
Sulhan Yusuf
di
15.11
Hari ini, seluruh jamaah haji, berkumpul di Padang Arafah.
Inilah puncak ibadah haji. Semacam muktamar, setidaknya, dalam dimensi
keruhanian. Pada belahan jagat lain, bertemu pula, beberapa sosok yang sudah
lama saling mencari. Tersebutlah, Sang Guru, Guru Han, dan Sahaya. Mereka tidak
berhaji, namun sama-sama berpuasa di hari Arafah. Ajaibnya, pahalanya mirip-mirip
ganjarannya. Pada persuaan inilah, kerinduan meleleh, ibarat bongkahan es yang
mencair. Perjumpaan ini melahirkan kesepakatan, berbuka puasa bersama. Dan,
putusan lain, yang cukup penting, ketiganya berjanji, untuk senantiasa bertemu,
kapan dan di mana pun. Mau di jenjang langit, pelataran pikiran yang gelisah,
serambi hati yang bergejolak, dan pada jiwa yang merindu. Dari situasi
merekalah, urita akan perbincangannya, perlu dinanti.
Langganan:
Postingan (Atom)