Minggu, 28 Juli 2013
BUAH
Diposting oleh
Sulhan Yusuf
di
16.36
Dalam sebuah percakapan dengan Sang Guru, Ia menunjuk pada sebatang pohon, lalu berkata: " Han..., biarkanlah buah-buah itu matang di pohonnya, sebab dengan cara itulah, biji kehidupan akan ada pada dirinya. Tugasmu hanyalah menunggu kematangannya, lalu selanjutnya tanamlah biji itu, agar kehidupan menjalani takdirnya."
Sabtu, 20 Juli 2013
Rabu, 17 Juli 2013
KATA
Diposting oleh
Sulhan Yusuf
di
18.26
Untuk sobat-sobatku
yang bersahut-sahutan lewat kata-kata puitis
yang amat cemas dengan kota mungilnya
yang dicintainya, sepenuh jiwa
daku teringat kembali
akan sebuah penegasan: "Kata adalah senjata"
Kata memang bisa jadi awal perjuangan
dan sekaligus sebagai akhir pertumpahan.
Bukankah yang akan tersingkir itu
adalah mereka yang terbuai kata-kata?
Mereka akan terbunuh oleh kata
sebab kata bisa membunuh
Maka sobat-sobatku
terjunlah ke ranah mereka
ejakan huruf demi huruf
dalam bingkai kata
Mereka butuh kata-kata
kata yang menghidupkan
yang mempertahankan harkat
yang memakai cangkul, rumput laut, biji jagung
untuk menyatakan hidupnya
di depan dozer
setia pada biji jagung
tidak dengan biji nikel
yang bersahut-sahutan lewat kata-kata puitis
yang amat cemas dengan kota mungilnya
yang dicintainya, sepenuh jiwa
daku teringat kembali
akan sebuah penegasan: "Kata adalah senjata"
Kata memang bisa jadi awal perjuangan
dan sekaligus sebagai akhir pertumpahan.
Bukankah yang akan tersingkir itu
adalah mereka yang terbuai kata-kata?
Mereka akan terbunuh oleh kata
sebab kata bisa membunuh
Maka sobat-sobatku
terjunlah ke ranah mereka
ejakan huruf demi huruf
dalam bingkai kata
Mereka butuh kata-kata
kata yang menghidupkan
yang mempertahankan harkat
yang memakai cangkul, rumput laut, biji jagung
untuk menyatakan hidupnya
di depan dozer
setia pada biji jagung
tidak dengan biji nikel
KOPI
Diposting oleh
Sulhan Yusuf
di
17.50
Sekali waktu daku berada di kebun kopi milik keluarga, tiba-tiba saja Sang Guru membisikku: " Han..., minumlah kopi yang disuguhkan untukmu. Kopi memang pahit selakon takdirnya. Usahlah minum kopi tapi berharap rasa manis, karena banyak yang minum kopi lalu menunggu rasa manis. Memperalat kopi untuk menggapai rasa manis."
Jumat, 12 Juli 2013
Kamis, 11 Juli 2013
CERMIN (3)
Diposting oleh
Sulhan Yusuf
di
18.24
Bercermin di cermin buram
daku begitu gagah
Bercermin di cermin bening
daku begitu kusam
Cermin buram menerungku daku
begitu lama
setiap ada yang keliru di wajah daku
selalu saja cermin jadi biangnya
Beningnya cermin menawan sesaat
ibarat cahaya melesat
jejak tapaknya amat bertuah
telah menunjukkah wajah bopeng daku
daku begitu gagah
Bercermin di cermin bening
daku begitu kusam
Cermin buram menerungku daku
begitu lama
setiap ada yang keliru di wajah daku
selalu saja cermin jadi biangnya
Beningnya cermin menawan sesaat
ibarat cahaya melesat
jejak tapaknya amat bertuah
telah menunjukkah wajah bopeng daku
LACUR-LAYAN
Diposting oleh
Sulhan Yusuf
di
17.37
Di hari yang suci, bulan suci ini, Sang Guru mendedahkan wejangannya: " Han..., buatlah kesepakatan-kesepakatan dengan siapa saja, namun janganlah menunggu rasa puasnya atas dirimu. Tapi bersedialah menanti ketidakpuasannya. Memenuhi rasa puasnya semata, itulah pekerjaan melacur. Memerhatikan ketidakpuasannya adalah melayani."
Rabu, 10 Juli 2013
HUJAN
Diposting oleh
Sulhan Yusuf
di
20.04
Seperti biasanya, hujan jatuh dari langit, tapi Sang Guru memintaku: "
Han..., keluarlah dari rumah, agar nyanyian irama hujan yang jatuh ke
bumi, sebagai persembahan semesta dapat dikau resapi suaranya. Bukankah
atap rumah telah mengacau nyanyi-irama hujan?"
KEDAI (2)
Diposting oleh
Sulhan Yusuf
di
19.28
Bermodalkan rasa mabuk akan pikiran-pikiran besar
Mengenakan baju berwarna-warni
Pengembaraan hidup di jalan musafir, daku mulai susuri
Berharap dapat singgah di kedai-kedai berikutnya. Agar mabuk lagi!
Daku singgah di kedai-kedai kehidupan
Cicipi semua menu sajiannya
Tidaklah terlena untuk mukim karena godaannya
Kedai kehidupan bisa menerungku daku
Perjalanan selanjutnya penuh pengharapan
Jikalaulah daku mampir di sebuah kedai
Nikmati semua tawarannya
Mampir menjadi penanda akan jejak tapak daku
Maka berpaling darinya sekalipun
Tidaklah mengapa
Sesungguhnya yang tersisa dari musafir daku
Jejak tapaknya saja
Mengenakan baju berwarna-warni
Pengembaraan hidup di jalan musafir, daku mulai susuri
Berharap dapat singgah di kedai-kedai berikutnya. Agar mabuk lagi!
Daku singgah di kedai-kedai kehidupan
Cicipi semua menu sajiannya
Tidaklah terlena untuk mukim karena godaannya
Kedai kehidupan bisa menerungku daku
Perjalanan selanjutnya penuh pengharapan
Jikalaulah daku mampir di sebuah kedai
Nikmati semua tawarannya
Mampir menjadi penanda akan jejak tapak daku
Maka berpaling darinya sekalipun
Tidaklah mengapa
Sesungguhnya yang tersisa dari musafir daku
Jejak tapaknya saja
KEDAI (1)
Diposting oleh
Sulhan Yusuf
di
18.45
Kala kanak-kanak, daku hanya bisa memandang para insan bersenragurau di kedai kehidupan.
Ada yang makan, minum, buang air dan juga mabuk.
Sepertinya sebuah etape hidup yang menggoda hasrat ingin tahu.
Masa remaja pun tiba. Daku mulai sesekali menyambangi para insan di kedai. Makan, minum, buang air, bahkan mabuk pun sudah daku jamah.
Laiknya para penenggak tuak pemula, semua tuak kehidupan pun ingin daku cicipi. Hingga nyaris setiap saat daku mabuk. Mabuk dengan pikiran-pikiran besar tentang kehidupan di jagad dan kemelataan di persada.
Daku larut di pusaran kedai itu, memakan semua jenis santapan, menenggak berjenis-jenis tuak yang tersaji.
Dalam suasana mabuk, daku menemukan pikiran-pikiran besar menari, meliuk, mencumbu agar diperkenankan menjadi baju kehidupan.
Baju-baju kehidupan pun silih berganti daku kenakan, bergantung perhelatan apa yang akan kusambangi.
Tak terkecuali, ketika mau mabuk di kedai-kedai kehidupan.
DIAM (3)
Diposting oleh
Sulhan Yusuf
di
04.18
Oh... Sang Guru, dikau sungguh menentramkan jiwaku dengan tuturmu: " Han..., biarkan saja orang mengambil kesimpulannya sendiri atas dirimu, sebab sesungguhnya itulah cermin diri buatmu. Dan tak usalah berambisi memberi penjelasan, sebab kalimat-kalimat penjelasmu tidak akan pernah benar-benar mewakili kedirianmu. Kesimpulannya dan penjelasanmu tidak lebih dari kalimat berbatas yang menerungku dirimu. Diamlah, perbantahan kalimat-kalimat itu akan mendudukkan soalnya tentang dirimu"
Senin, 08 Juli 2013
RAMADHAN (3)
Diposting oleh
Sulhan Yusuf
di
16.30
Kali ini permintaan Sang Guru amat berat kutunaikan, ketika mendapukku dengan kalimat: " Han..., bertahun-tahun sudah lewat, dikau yang selalu memasuki bulan Ramadhan. Bisakah bulan ini, bulan Ramadhan yang memasukimu?"
DIAM (2)
Diposting oleh
Sulhan Yusuf
di
04.24
Kala kegundahan akan banyaknya ketidakpastian warta, Sang Guru berbaik hati membisikkan anjurannya: " Han..., belajarlah pada air dalam menyelesaikan masalah. Saat keruh suasananya ia memilih mendiamkan diri, hingga jernihnya menampak. Demikian juga, ketika kekeruhan sekeliling menyelimutimu, pilihlah diam, biar kejernihan datang berbicara tentang apa adanya."
Rabu, 03 Juli 2013
WARTA
Diposting oleh
Sulhan Yusuf
di
14.53
Pada dini hari, kala jelang subuh, Sang Guru mengurapi lewat babaran sabdanya: " Han..., bila ada warta baik-buruk yang datang menyapamu, maka pasanglah kedua telingamu untuk mendengarnya. Sebab, memang demikianlah tugasnya. Lalu kedepankan akalmu untuk menimbangnya. Dan janganlah abai pada kekuatan hatimu, tempat bertenggernya nurani, karena ia adalah palang pintu terakhir kebenaran."
Langganan:
Postingan (Atom)