Rabu, 10 Juli 2013

KEDAI (1)


Kala kanak-kanak, daku hanya bisa memandang para insan bersenragurau di kedai kehidupan.

Ada yang makan, minum, buang air dan juga mabuk.
Sepertinya sebuah etape hidup yang menggoda hasrat ingin tahu.

Masa remaja pun tiba. Daku mulai sesekali menyambangi para insan di kedai. Makan, minum, buang air, bahkan mabuk pun sudah daku jamah.

Laiknya para penenggak tuak pemula, semua tuak kehidupan pun ingin daku cicipi. Hingga nyaris setiap saat daku mabuk. Mabuk dengan pikiran-pikiran besar tentang kehidupan di jagad dan kemelataan di persada.

Daku larut di pusaran kedai itu, memakan semua jenis santapan, menenggak berjenis-jenis tuak yang tersaji.

Dalam suasana mabuk, daku menemukan pikiran-pikiran besar menari, meliuk, mencumbu agar diperkenankan menjadi baju kehidupan.

Baju-baju kehidupan pun silih berganti daku kenakan, bergantung perhelatan apa yang akan kusambangi.

Tak terkecuali, ketika mau mabuk di kedai-kedai kehidupan.

0 komentar:

Posting Komentar