kita sudah bersetuju, saling bergandeng tangan, menyimpai petak demi petak surga di bumi, yang sementara digossipkan datar dan bulatnya
kita telah seikat, melebur jiwa pada gerakan mencicil peradaban sebagai bekal, bakal warisan buat sekaum pewaris di jagat
batu bata kita susun, sebagai pagar kokoh, dari patok surga, pertanda buah gandengan tangan, menyata senyatanya dalam kesunyatan
Pada mustahaknya perikatan, kita bisa tergelincir di mulusnya jalan juang
petakpetak bangunan surga, akan runtuh berantakan, karena ulahku dan ugalmu, mencungkil sebiji batu batanya
satu bata memang soal sepele, tiada berarti manakala masih berupa gundukan, tapi, jika serupa susunan, pasti runtuh tatkala sebijinya tercungkil dari satuannya
bedalah gundukan dan susunan apik batu bata, satu nirrencana, lainnya penuh rekayasa
bukankah jerih payah tak sua lelah, mengubah gundukan menjadi susunan?
cegalah susunan itu, kembali meruntuh jadi gundukan
bila perlu, tanganku dan tanganmu, tangan kita yang bergandengan itu, putus karena menguatkan simpainya.
0 komentar:
Posting Komentar