Senin, 22 April 2013

BUMI

Daku, selayaknya sangat malu pada bumi.
Tinjaku pun ditelannya.
Air kencingku juga diminumnya.
Bahkan, ragaku ketika jadi bangkai, kelak akan dimakannya.

Lalu mengapa masih saja berpongah, tatkala melata di hamparannya?

Daku, seharusnya memohon maaf pada bumi.
Bukannya memperkosa dengan tiang pancang beton.
Menimbun rawa untuk real estate.
Menggunduli hutan, menyiangi puncak bukit guna bangun villa.

Lalu mengapa masih saja mendaku manusia, sebagai pewarisnya?

0 komentar:

Posting Komentar