Minggu, 15 Desember 2013
TITISAN-CINTA-LELUHUR
Diposting oleh
Sulhan Yusuf
di
04.16
hari itu,
aku menyksikan karibku
tersenyum simpul memburai
terisak lepas mendesah
siang itu,
karibku berbinar matanya
kelopaknya basah
butiran kristal melompat
dipandangnya buah pikirnya
dirabanya gejolak batinnya
dipeluknya bunga-bunga ruhaninya
yang kini telah mewujud
saat itu,
anak ruhaninya telah lahir
didekapnya dengan sahdu
bahagia menderu-deru
diberinya nama: Titisan
berayahkan: Cinta
bermarga: Leluhur
Titisan Cinta Leluhur
kerabat beriang
para dayang sibuk mengusung
sebuah rencana perhelatan
untuk aqiqah sang anak ruhani
mari mendaras sang anak
mendupai di kedalaman jiwa
bersejajar di perhelatan pikir
berbahagia dalam rapatan duduksila
Sabtu, 14 Desember 2013
BAHAGIA
Diposting oleh
Sulhan Yusuf
di
16.06
Sang Guru menggandeng tanganku, untuk mengunjungi seorang karib yang harta-bendanya ludes dilalap si jago merah. Ia berbisik : " Han..., pada karibmu inilah dikau bisa bercermin, ketika ia disapa oleh musibah, masihkah ia tersenyum? Jikalau ia tersenyum, itulah alamat yang paling nyata dari sosok yang berbahagia." Dan karibku ini tetap tersenyum, seperti sediakala di kala jumpa dengannya.
Kamis, 12 Desember 2013
KAIL
Diposting oleh
Sulhan Yusuf
di
14.30
Pada Jum'at barakah nan gerimis menyertai, Sang Guru mengendap-ngendap dalam pikiranku, lalu daku membatin ketika ia menyabdakan narasi: " Han..., wariskanlah pada anak turunanmu dan juga negerimu, tentang bagaimana cara hidup. Sebab dengan begitu, ibaratnya dikau telah memberikan bekal berupa kail, yang bisa digunakan untuk memancing apa saja, di mana saja dan kapan saja. Kail kehidupan itu jauh lebih penting dari segala yang bisa dikail."
Rabu, 11 Desember 2013
KRITIK (2)
Diposting oleh
Sulhan Yusuf
di
05.18
Seorang kawan menyampaikan kegundahannya padaku, akan seorang pemimpinnya yang sudah mulai dilanda penyakit anti kritik, pengiritik selalu dianggap sebagai musuhnya. Sang Guru yang ikut menyimak gundah gulana itu, ia pun bergumam lalu menoleh kepadaku sembari bergetar suaranya ia bertutur: "Han..., beritahulah pemimpinmu itu, bahwa anti kritik sama dengan menggali kuburan keterhampasan pada ketidakharmonisan hidup. Kritik adalah sejenis jembatan akan harmonisnya hidup bermasyarakat."
KRITIK (1)
Diposting oleh
Sulhan Yusuf
di
04.59
Kali ini Sang Guru membelaku, ketika di sebuah perhelatan pikiran saya melayangkan kritik dan orang sekitar cukup abai akan lakonku itu, maka ia pun menepuk pundakku sambil berbisik: "Han..., nyatakan kesetianmu dengan cara mengeritiknya, bukan dengan cara menjilatnya. Dengan mengeritik, sama halnya dikau telah menunjukkan adanya ia sebagai manusia yang memang pada ghalibnya bersemayam kealfaan akan dirinya sendiri."
Jumat, 06 Desember 2013
BANTAENG
Diposting oleh
Sulhan Yusuf
di
16.51
Butta Toa julukanmu
di masa silam
adamu sudah 759 tahun
tapi kemanakah
kami melacak ketuaanmu?
sebagai alamat kematangan jiwa?
The New Bantaeng jargonmu
Bantaeng baru sloganmu
di waktu kiwari
banyak yang baru
tapi apa guna kemasan baru
jikalau insan kerdil yang melata di atasnya?
Langganan:
Postingan (Atom)