Jumat, 24 Januari 2014

SECARIK NARASI DARI BOETTA ILMOE-RUMAH PENGETAHUAN





            Putih Abu-Abu demikian judul buku ini kami dedahkan. Mengapa? Paling tidak ada lima yang mendasarinya. Pertama, para penulisnya adalah anak-anak sekolahan -- Sekolah Menengah Atas (SMA) yang konotasi seragamnya putih abu-abu -- tepatnya siswa-siswi SMAN 1 Bantaeng, saat narasi puitis ini mereka buat.
            Kedua, isi dari puisi-puisi tersebut memang menggambarkan alam pikiran anak sekolahan di kisaran tentang sekolahnya, rumahnya dan lingkungannya. Ketiga, asal muasal tulisan ini berawal dari tugas menulis puisi dari guru bahasa Indonesia, yang “mengganjar” mereka, sebab mereka melanggar aturan, agar menulis puisi.
            Keempat, dunia mereka memang rada putih, namun kadang abu-abu. Sesekali mereka mencerminkan “wajah putih” peradaban, tapi kali lain menjadi “abu-abu”, karena  lingkungan membuatnya demikian.
Kelima, mereka adalah anak sekolahan yang menjadikan Boetta Ilmoe-Rumah Pengetahuan sebagai rumah singgahnya. Di Boetta Ilmoe mereka diberi ruang alternatif untuk mengembangkan warna “abu-abunya”. Sebab di sekolah mereka lebih diarahkan agar selalu menjadi “putih”.
Siswa-siswi yang menulis di buku ini adalah juga anak-anak di Komunitas Boetta Ilmoe. Kehidupan sekolah yang begitu rigid, disiasati oleh kehidupan Boetta Ilmoe-Rumah Pengetahuan yang lebih lentur-santai. Maka bait-bait naratif berikut ini menjadi sejenis “lahan pertikaian”, antara Sekolah dan Boetta Ilmoe. Kami ajak untuk menyimaknya.

RAGAM

Duhai anak-anak negeri yang berseragam putih abu-abu, mengapa masih saja enggan meminum anggur kehidupan yang kutawarkan, walau hanya secawan. Ataukah madu pencerahan, walau hanya sesendok. Begitupun juga api kreatifitas, walau hanya sebagai pemantik.

Memang amat susah bagimu memilih, padahal ada sekian banyak pilihan. Engkau lebih suka pada yang serba seragam, seperti seragam yang engkau kenakan, putih abu-abu.

Padahal seragammu kini, hanyalah akumulasi dari seragam-seragam sebelumnya. Ketika engkau di Sekolah Dasar, engkau diseragamkan dengan putih merah. Ketika engkau di Sekolah Menengah, pun masih diseragamkan dengan putih biru.

Makanan, minuman dan tempat tujuanmu pun sudah seragam. Makanan pavoritmu, pizza. Minuman kesukaanmu, coca cola. Tempat pelesiranmu, mall.

Wajarlah kalau pikiranmu pun serba seragam. Engkau amat sulit menerima yang beragam. Kuingatkan kembali, bahwa hidup ini pijakannya adalah beragam dalam keragaman. Yang demikian itu adalah takdir kehidupan. Bukankah kita ditakdirkan untuk beragam, dan itu firman Yang Maha Penakdir.

Terakhir, masih saja ingin kutawarkan padamu, dan kunyatakan padamu, bahwa pelangi masih lebih indah dari warna seragammu. Meski engkau tumpuk mulai dari Sekolah Dasar, Menengah hingga Atas. Sebab, hanya selalu dua warna yang mengiringi pertumbuhanmu.

Orang-orang besar jiwanya, para utusan yang suci, aktor-aktor perubahan, tidak tumbuh dalam didikan dua warna, tetapi dalam banyak warna. Karena dengan mengenal banyak warna, mereka bisa membaca sekaligus menaklukkan warna-warni kehidupan. Dan yang lebih penting untuk engkau ketahui, mereka tidak pernah memakai seragam, apalagi berseragam dalam pikiran dan tindakan.
Terakhir, tak elok rasanya jikalau kami tidak menghaturkan ucapan terimakasih yang amat dalam pada: Abdul Wahid (guru bahasa Indonesia) di SMAN 1 Bantaeng) atas “ganjaran” pada anak-anak, yang kemudia telah berbuah pada karya literasi, Kamaruddin (guru Pendidikan Agama Islam di SMAN 1 Bantaeng) yang setia mengawal anak-anak Komunitas Boetta Ilmoe hingga masa akhir persekolahannya, Saenal Asri dan Hijrah (uminya Chaca) yang menjadi orang tua mereka di Boetta Ilmoe, Bunda Srie dan Bu Atte serta Yudhi Asman  yang senantiasa menjadi inspirator, motivator sekaligus mentor mereka.
Last but no least di tangan Badrul Sultan yang merampungkan naskah, Ince A.Banthayank atas kontribusi desain sampulnya, Alam Yin yang tetap bersedia melayout buku ini dan Dion Anak-Zaman dan Muhary Wahyu Nurba yang memberikan endorsmennya serta seluruh pihak yang telah berkontribusi atas hadirnya buku ini. 

0 komentar:

Posting Komentar