Hari masih pagi, teriknya semenjana saja, menghangatkan tubuh. Sebisa biasaku, saban pagi di perempatan lampu merah, mampir sejenak beli koran pavoritku pada loper langgananku. Namun kali ini, ia menyorongkan temannya, diiringi ucapan: " Dia baru datang, beli saja sama dia, belum ada pembelinya pak." Daku benar-benar terkesimak, hadirlah Sang Guru bertutuir: " Han..., kesetiakawanan lebih mudah tumbuh di kalangan orang kecil. Mereka yakin akan rejeki yang terbagi, kelapangan dada mengusir keserakahan jauh darinya. Mereka percaya Tuhan dalam tindakan. Wajah Tuhan jelas di rautnya, keikhlasan menubuh padanya. Karena merekalah Tuhan menunda kiamatnya."
Kamis, 04 Desember 2014
SETIAKAWAN
Diposting oleh
Sulhan Yusuf
di
15.11
Hari masih pagi, teriknya semenjana saja, menghangatkan tubuh. Sebisa biasaku, saban pagi di perempatan lampu merah, mampir sejenak beli koran pavoritku pada loper langgananku. Namun kali ini, ia menyorongkan temannya, diiringi ucapan: " Dia baru datang, beli saja sama dia, belum ada pembelinya pak." Daku benar-benar terkesimak, hadirlah Sang Guru bertutuir: " Han..., kesetiakawanan lebih mudah tumbuh di kalangan orang kecil. Mereka yakin akan rejeki yang terbagi, kelapangan dada mengusir keserakahan jauh darinya. Mereka percaya Tuhan dalam tindakan. Wajah Tuhan jelas di rautnya, keikhlasan menubuh padanya. Karena merekalah Tuhan menunda kiamatnya."
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar