pohon srikaya depan rumah berbuah
tinggal sebiji saja
nampaknya mulai ranum
tiga ekor burung jalak mengencaninya
mematuk-matuk kulitnya yang petakpetak
sambil bercengkrama sesekali saling cumbu
dari balik bening kaca jendela daku intip
membatin dan jujur kunyatakan
daku menginginkan pula buah itu
tapi daku urungkan maksud
kubiarkan para jalak berpesta
melihatnya saja daku sudah bahagia
kalaupun daku butuh sebiji
cukuplah uang seribu rupiah daku siapkan
di pasar dekat rumah banyak tersedia
sebab jalak tak bisa beli buah
apalagi menyeruduk gerombolan manusia
karena semua pohon adalah tanah tumpah darahnya
merdekalah jalak berbuat di atasnya
daku begitu khawatir kala jalak terusik
bakal dipatuknya kepalaku
pada botaknya yang tak berpetak
0 komentar:
Posting Komentar