Senin, 16 Maret 2015
UTUSAN
Diposting oleh
Sulhan Yusuf
di
07.37
Di penghujung akhir pekan, sepulang dari perhelatan, mobil yang sahaya tumpangi bersama kawan-kawan bersenggolan dengan pengendara motor, yang sementara mengojek penumpangnya. Terjatuhlah mereka, tersungkur di aspal, luka lecet membekas memerah di siku dan kakinya. Namun ada reaksi yang berbeda di antara keduanya. Yang diojek -- menurut pengojek -- adalah seorang lelaki yang kurang normal, menolak ke puskesmas dan memilih pergi begitu saja. Sementara si pengojek ke puskesmas untuk perawatan, sembari bernegosiasi biaya pengobatan dan kendaraan. Ada yang kurang elok dari keluarga pengojek ini, sebab kelihatannya ia ingin menjadikan peristiwa ini sebagai upaya mengambil keuntungan, meski kesepakatan tercapai. Setiba di mukim, sahaya mencoba merebahkan badan, namun Guru Han mencegat dengan sepenggal tutur: " Dikau boleh mengatakan bahwa yang diojek itu adalah sosok yang kurang normal, tapi justeru dialah yang paling bijak. Sebab, ia telah menolak untuk diongkosi bahkan ia berlalu begitu saja. Belajarlah pada sosok itu, karena tidak menutup kemungkinan sosok itu adalah seorang utusan yang dihadirkan untuk menormalkan kehidupan yang tidak normal lagi, memanfaatkan musibah untuk mencari keuntungan."
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar