Rabu, 01 Juni 2016

DONGOK


Urat lehernya melintang, bak cacing kepanasan. Guratan di dahinya berundak-undak. Suaranya makin parau, serak tak beraturan. Rona mukanya, sesekali memerah mirip jambu air. Pasalnya, ia berusaha memenangkan persamuhan gagasan, memaksakan jalan pikirnya dirujuk khalayak. Seolah kebenaran hanya milik sendiri. Sahaya membatin, sambil melirik Guru Han, spontan saja tuturnya menyilet tajam: “ Makam tertinggi dari seorang dongok adalah merasa benar sendiri. Tiada lagi kedongokan terdalam, tatkala seorang berupaya memborong kebenaran.”

0 komentar:

Posting Komentar