Senin, 09 Juni 2014

POLUSI


Pagi ini, aku menyandarkan harapan di pelataran jiwaku, berkompromi dengan selaksa kegelisahan, menyaksikan negeri yang sebentar lagi akan memilih pemimpinnya. Sang Guru rupanya amat paham akan gundahku ini, Ia pun menghibur dengan tuturnya: " Han..., sepintas memang dikau akan bingung. Sebab, demi perhelatan mencari pemimpin itu, banyak orang kehilangan jatidirinya, gara-gara terpaksa atau dipaksa memihaki calon pemimpin itu. Bahkan awan gelap berupa energi negatif menyelimuti negerimu. Aura cacimaki menyata, menjadi polusi bagi jiwa negerimu. Kesantunan menjadi barang langka, keteladan amat mahal dan kelapangan dada sangat sulit ditemukan. Memang polusi jiwa itu akan berlalu, namun bekas lukanya akan sulit dihilangkan, sebab ia telah menjadi penanda masih rendahnya keberadaban negerimu."

0 komentar:

Posting Komentar