Minggu, 03 April 2016

Baca Buku, Baca Buku dan Baca Buku


 
Saya lagi mendaras bukunya Taufik Pram, yang bertajuk , Hugo Chavez Malaikat Dari Selatan. Lalu saya begitu terpesona pada Chavez, yang menurut buku ini, “Hugo Chavez adalah pemimpin yang suka membaca. Dari barisan kata-kata yang berderet rapi di dalam sebuah buku itulah dia tahu ada yang salah dengan dunia yang didiaminya. Kesalahan yang dibiarkan langgeng dan akut dalam periode yang terlalu lama. Melalui buku pulalah Chavez menuai banyak inspirasi, yang dibawanya untuk motivasi, metode, dan tujuan perjuangannya membebaskan seluruh manusia dan cengkaraman kanan – yang telah berubah makna menjadi sangat konotatif.”
 
“Sampai kematiannya 5 Maret 2013, dia suka menyimak karya sastra. Terutama karya-karya yang mengembuskan nafas Sosialisme; paham yang berhasil membuat El Commandante begitu terpesona. Tentang manusia-manusia yang harusnya bahagia. Tentang manusia-manusia yang harusnya tak diinjak. Tentang manusia-manusia yang berbagi. Juga memberi. Dari mana saja dia dapatkan semangat itu? Salah satunya, tak lain tak bukan, melalui inspirasi yang ditularkan sastrawan Prancis Victor Hugo, melalui Jean Valjean; tokoh karismatik yang dihidupkan dalam karya klasik Les Miserables.” Demikian torehan pena Taufik Pram.
 
Saya ingin mengutipkan apa yang diajukan oleh Raymond Samuel, dalam salah satu situs media online, berdikarionline.com, bahwa sejak berkuasa, Chavez sangat memperhatikan dunia pendidikan. Bukan hanya mendorong pendidikan gratis dan berkualitas untuk memastikan seluruh rakyat Venezuela bisa mengakses pendidikan. Tetapi juga memassalkan pengetahuan melalui produksi massal buku-buku gratis.“Baca, baca, baca, dan baca. Itulah slogan kita setiap hari,” kata Chavez saat meluncurkan gerakan membaca pada April 2009. Sejak itu, jutaan buku-buku gratis dicetak untuk disebarkan kepada seluruh anak negeri. Termasuk buku Don Quixote karya Miguel de Cervantes, Les Miserables karya Victor Hugo, dan Das Capital karya Marx dan Engels.
 
Kesukaan Chaves membaca buku, termasuk karya sastra, khususnya Les Miserables, membuat saya membatin, mengingatkan kembali pada seorang tokoh yang amat revolusioner, Ali Syariati, yang juga suka membaca, bahkan tenggelam dalam perpustakaan pribadi ayahnya, yang juga telah membaca Les Miserables, saat Syariati masih duduk di Sekolah Menengah.
 
Syariati dan Chavez telah mendaras buku Les Miserables dan buku lainnya. Kedua sosok ini telah berkontribusi bagi negeri yang dipijaknya. Syariati menjadi salah seorang ideolog Revolusi Islam Iran, yang menyebabkan Iran kemudian terbebas dari rezim monarkhi Syah Reza Pahlevi yang berkiblat ke Amerika. Dan hingga di masa kiwari ini, membuat Iran tetap menjadi negara yang disegani, sebab tidak mau didikte oleh Amerika, terlebih lagi ketika dipimpin oleh presiden Mahmoud Ahmadinejad, yang juga sahabat karib Chavez.
 
Adapun Chaves, membuat negerinya Venezuela menjadi negera yang berani melawan Amerika. Amerika dengan sekutunya, yang mengusung ideologi Neolib, berusaha sekuat tenaga menghancurkan Chavez, namun ia tak gentar. Sebab Chavez adalah malaikat pemberontak yang tak pernah rela jika manusia harus hidup tertindas.
 
Dunia yang timpang seperti sekarang ini, setidaknya pernah memiliki dua manusia yang berwajah malaikat, sebagai malaikat pemberontak, meski dengan sayapnya yang berbeda. Ahamadinejad dengan sayap kanan malaikat dan Chavez dengan sayap kiri malaikat, kedua sayap ini pernah bersatu, terbang bersama membawa bendera pembebasan melawan tirani Neolib. Ahmadinejad harus “berhenti” melawan Amerika disebabkan masa jabatan kepresidenannnya sudah selesai selama dua periode, sedangkan Chavez harus “mengakhiri” perlawanannya dikarenakan jatah usiaya telah habis, direnggut oleh penyakit kanker yang dideritanya.
 
Pertanyaanya kemudian adalah bagaimana dengan pemimpin-pemimpin negeri ini di berbagai bidang dan levelnya? Adakah mereka sosok-sosok yang suka baca buku? Lalu menjadikan buku sebagai santapan ruhaninya sehingga mereka layak memandu negeri ini, agar terbebas dari berbagai macam jenis tirani? Sederhannya, sudahkah kita membaca Les Miserables, buku-novel yang telah dibaca oleh Syariati dan Chavez itu? Kalau belum, marilah mendarasnya dan juga buku-buku yang menggelorakan ruhani lainnya.
( Lembaran Kala, 03 April 2016)

1 komentar:

stenote mengatakan...

Posting yang bagus.... semoga terus berkembang.... Saya ingin berbagi wawancara dengan Victor Hugo (imajiner) di https://stenote-berkata.blogspot.com/2018/07/wawancara-dengan-victor_87.html

Posting Komentar