Jumat, 08 April 2016

Sehari Membaca: Bermakna dan Menyenangkan


 
Bulan April masih dini usianya, barulah dua hari, saya sudah menjajalnya dengan mengiyakan suatu mata acara di komunitas literasi Sudut Baca Al-Syifa, Kelurahan Ereng-Ereng, Kecamatan Tompo Bulu, Bantaeng. Persamuhan yang digelar pada 2 April 2016 itu, bertempat di aula kantor lurah, bekerjasama dengan KKN UIN Alauddin Makassar, menghadirkan perwakilan siswa-siswi SLTP/SLTA dalam wilayah kelurahan.
 
Sehari Membaca: Bermakna dan Menyenangkan, demikianlah tajuk acaranya. Saya yang dikontak beberapa hari sebelumnya sebagai pembicara pun tak melakukan tawar-menawar atas waktu yang dimintakan pada saya. Entahlah, sulit rasanya menolak, jikalau sekelompok komunitas literasi mengundang saya terlibat dalam acaranya. Apatah lagi dengan Sudut Baca Al-Syifa ini, selalu ada sindikasi emosional yang menghidu persamuhan. Betapa tidak, inilah salah satu ujung tombak gerakan literasi berbasis komunitas yang cukup eksis dan seksis.
 
Pagi masih hangat, mentari pun masih semenjana teriknya. Berbekal motor pinjaman dari seorang sohib, Hamzar Hamna, saya lalu mengajak Dion Syaif Saen, sosok anak muda yang multiguna, maksud saya multitalenta di bidang seni,budaya dan sastra, guna menemani ke acara itu. Sebab, dalam imaji saya, selalu ada yang bisa dilakukannya bila sudah ikut bersamuh. Dan, benar saja adanya, dia benar-benar memberi manfaat yang manis, karena di sela acara, membacakan larik-larik puitis buat peserta. Saya yakin, haqqul yakin, para peserta yang didominasi pelajar plus mahasiswa KKN, pastilah jatuh hati, waima mereka masih mampu menyelimuti rasanya.
 
Tiba di lokasi, barulah satu orang yang hadir, bung Ahmad Rusaidi, selaku penanggung jawab acara itu. Saya lalu membatin, mungkin kami kepagian tibanya. Tapi jam menunjukkan pukul 08.30, berarti lebih cepat setengah jam dari waktu yang dijadwalkan, pukul 09.00. Perlahan tapi pasti, seorang demi seorang datang, kadang pula ada yang berkelompok, akhirnya ruangan pun terisi sesuai dengan yang diharapkan. Saya menaksirnya, besar kemungkinan kisaran 50 orang.
 
Sesungguhnya, saya berharap pak Lurah yang membuka acara, atau paling tidak ia nongol di acara itu, tapi apa lacur, hingga akhir acara tetap saja tidak muncul. Saya sendiri tidak menyoalnya lebih jauh. Cuma memang, bila saja beliau hadir, maka ada satu hal yang saya ingin desakkan, agar membenahi perpustakaan kelurahan, yang bangunannya sudah sangat memadai, tinggal isi dan pengelolahnya yang perlu diokekan. Dan, benar saja adanya, para peserta persamuhan, kelihatannya bakal membutuhkan perpustakaan itu, sebab di dalam pelatihan ini, saya memprovokasinya untuk meningkatkan tradisi baca dan menulisnya.
 
Membincang topik membaca dan menulis yang bermakna dan menyenangkan pada setiap pelatihan, tak terkecuali pada pelatihan kali ini, selalu saja saya mendedahkan ilmu-ilmu yang saya perolah dari seorang guru literasi saya, Mas Hernowo Hasim. Darinyalah saya mendapatkan begitu banyak jurus-jurus literasi, mulai dari yang amat dasar hingga yang paling anyar . Meminjam istilah dunia persilatan, mulai jurus paling awal, jurus mabok sampai jurus tanpa bentuk.
 
“ Ikatlah makna bacaan dengan menuliskannya”. Sabda itu selalu saya tabalkan, sisipkan pada setiap pelatihan literasi. Sejumput perkataan dari Imam Ali bin Abi Thalib itu, pertama kalinya saya suai dari Mas Hernowo Hasim. Bahkan, lebih dari itu, saya berani menyimpaikan sederet simpulan argumen bahwa dari sabda itu pula beliau melahirkan begitu banyak buku, yang sangat membantu begitu banyak orang untuk meng-up date tradisi literasinya, kemampuan baca tulisnya. Saya teringat kembali dengan buku-bukunya, diantaranya: Quantum Reading, Quantum Writing, Mengikat Makna (Up Date) dan Mengikat Makna untuk Remaja.
 
Tak terasa, waktu meenunjukkan pukul 11.00, saya pun harus mengakihiri pembicaraan, dikarenakan masih ada item acara lainnya. Sebelum acara beralih, saya meminta pada Dion Syaif Saen untuk menghangatkan suasana dengan bait-bait syairnya. Dan, sebelum saya usaikan jatah bicara, saya memberikan hadiah pada peserta yang sempat bertanya, berupa dua buku novel: Titisan Cinta Leluhur dan DJarina, karangan Atte Shernylia Maladevi. Hadiah ini amat pas dengan selera sang penerima, sebab ia seorang pembaca novel. Pun saya menghadiahkan pula buku puisi AirMataDarah pada salah seorang mahasiswa KKN yang baca puisi di arena itu.
 
Pascabicara saya, acara dilanjutkan dengan menulis sejenis resensi atas sebuah bacaan. Sesarinya, yang mau diresensi adalah bacaan dari buku, tapi mengingat waktu yang terbatas, maka diganti dengan membaca artikel, lalu diresensi, dituliskan pada lembaran kertas yang telah disediakan, dikumpul oleh penyelenggara. Tulisan resensi yang ciamik, akan diganjar dengan hadiah, yang pengumumannya dipaparkan pada acara perpisahan mahasiswa KKN nantinya.
 
Jarum jam tak jauh putarannya dari pukul 12.00, betul-betul acara difiniskan. Foto bersama, salam-salaman selalu saja menjadi bagian yang tak terlupakan. Bila sudah tiba momen semisal ini, biasanya tembang lawas Koes Plus, Kapan-Kapan atau Iwan Fals, Kemesraan ikut mengiringi. Namun, tidak kali ini, nirlagu. Apakah ini penanda akan tuna musik? Saya pikir, tidak juga. Yang pasti setelah bubar di aula, kami digiring ke sekretariat Sudut Baca Al-Syifa, yang jaraknya cuma seratusan langkah.
 
Di Sudut Baca Al-Syifa inilah, kami menuntaskan segalanya. Menyerahkan sumbangan buku, omong-omong tentang gerakan literasi, berbincang wacana yang tersebar di berbagai karya sastra, makan siang menu ala kampung, nenggak kopi plus pisang goreng, dan melecut keberanian Dion Syaif Saen agar segera menuntaskan keperjakaannya, diiyakan pula oleh nyanyian hujan yang mengguyur, tertidur sejenak, rehat yang maksimal.
 
Ba’da shalat Ashar, hujan masih merintik, kabut nampak malu-malu, berebut pengaruh dengan rinai hujan. Saya merasakan peraduan itu, lembut selembut lelembut di kelembutan jagat. Dion Syaif Saen menghidupkan mesin motor, saya naik di boncengan, melata laju pulang. Saya mendekap erat Dion, tapi segera saya kendurkan, takut digosipkan selaku pasangan setia. Padahal, saya dan dia memang sepasang lelaki yang bersetia pada gerakan literasi.

0 komentar:

Posting Komentar