Entah mengapa, selalu saja getar-getar Jumat Mubarak selalu menggoda untuk diresapi keistimewaannya. Di tapal batas subuh-pagi, pada selasar jiwaku, kuberdepan-depan dengan Sang Guru, disilanya daku merunduk khusyuk. Dihidunya daku wejangan: " Han..., jadilah matahari. Meski awan dan malam menampak, ia tidak hilang. Awan hanyalah sekadar penghalang sesaat, di baliknya matahari tetap bertahta. Apalagi malam, usah dirisaukan, sebab matahari masih terpatri jejaknya di bulan. Tak elok matahari menganggap awan dan malam sebagai pesaingnya, melainkan pelengkap untuk menyempurnakannya. Kala awan dan malam menyata, matahari pasti dicari bukan? "
Kamis, 28 Agustus 2014
MATAHARI
Diposting oleh
Sulhan Yusuf
di
17.26
Entah mengapa, selalu saja getar-getar Jumat Mubarak selalu menggoda untuk diresapi keistimewaannya. Di tapal batas subuh-pagi, pada selasar jiwaku, kuberdepan-depan dengan Sang Guru, disilanya daku merunduk khusyuk. Dihidunya daku wejangan: " Han..., jadilah matahari. Meski awan dan malam menampak, ia tidak hilang. Awan hanyalah sekadar penghalang sesaat, di baliknya matahari tetap bertahta. Apalagi malam, usah dirisaukan, sebab matahari masih terpatri jejaknya di bulan. Tak elok matahari menganggap awan dan malam sebagai pesaingnya, melainkan pelengkap untuk menyempurnakannya. Kala awan dan malam menyata, matahari pasti dicari bukan? "
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar