Secara tak
sengaja, sahaya tertidur di sela-sela tumpukan buku. Mungkin karena lelah, akibat mendaras halaman-halamannya yang
memang cukup berat dicerna oleh pikiran. Setelah terbangun, beberapa ekor
nyamuk bertengger dilantai, tak kuasa lagi terbang akibat kekenyangan menghisap
darah. Matilah satu ekor, sebab sahaya menepuknya, tiba-tiba muncul rasa
bersalah sekaligus rasa puas atas balas dendam yang tunai. Namun Guru Han, yang
ikut tertidur punya perspektif lain, tuturnya pun melantun: “ Biarkanlah nyamuk
itu pergi dalam kekenyangan, biarpun dikau peras tubuhnya, untuk mengembalikan
darahmu, tak mungkinlah terwujud, biarlah cecak atau binatang lain yang
memakannya dalam keadaan segar bugar. Dengan begitu, darahmu yang tak cukup
setetes itu telah menghidupkan mata rantai kehidupan sesama makhluk.Dan,
syukurilah, sebab nyamuk masih menghisapmu, itu pertanda kehidupan, sebab kalau
nyamuk saja sudah emoh menggigitmu berarti kematian telah menyata. Bukankah
nyamuk hanya menghisap darah orang yang hidup? “
Senin, 11 Mei 2015
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar