Sahaya duduk dalam kesendirian, menatap mega, rinai hujan merintik. Entah apa pasal, tiba-tiba saja, beberapa butir air mata tergelincir mengalir, tertumbuk di ujung bibir, tersapa ujung lidah, asin rasanya. Barulah meresapi asinnya air mata, Guru Han nampak menepuk dinding batin, lalu berujar: “ Sesekali bolehlah meneteskan air mata, agar kita tahu rasa sedih, haru dan bahagia. Menangis adalah sejenis ungkapan insaniah yang menunjukkan kenormalan hidup. Bukankah penanda paling awal dari kesiapan insan mengarungi kehidupan adalah tangisannya? Insan yang baru lahir dan tidak menangis, berarti menolak kehidupan. Dan, yang lebih dahsyat lagi, penanda utama dari kematian adalah tangisan dari para insan yang menangis. Manakala ada insan yang kematiannya tidak ditangisi, berarti telah tertolak dalam kehidupan.”
Senin, 04 Mei 2015
MENANGIS
Diposting oleh
Sulhan Yusuf
di
16.24
Sahaya duduk dalam kesendirian, menatap mega, rinai hujan merintik. Entah apa pasal, tiba-tiba saja, beberapa butir air mata tergelincir mengalir, tertumbuk di ujung bibir, tersapa ujung lidah, asin rasanya. Barulah meresapi asinnya air mata, Guru Han nampak menepuk dinding batin, lalu berujar: “ Sesekali bolehlah meneteskan air mata, agar kita tahu rasa sedih, haru dan bahagia. Menangis adalah sejenis ungkapan insaniah yang menunjukkan kenormalan hidup. Bukankah penanda paling awal dari kesiapan insan mengarungi kehidupan adalah tangisannya? Insan yang baru lahir dan tidak menangis, berarti menolak kehidupan. Dan, yang lebih dahsyat lagi, penanda utama dari kematian adalah tangisan dari para insan yang menangis. Manakala ada insan yang kematiannya tidak ditangisi, berarti telah tertolak dalam kehidupan.”
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar