Kamis, 03 Januari 2013

AKBAR FAISAL

Kurang Lebih 20 Tahun, Bersua Kembali.
Oleh Sulhan Yusuf


Kalau saja orang bertanya tentang siapa politisi yang cukup populer di DPR-RI Senayan, apatah lagi kalau ukurannya tampilan di media televisi, maka salah seorangnya adalah Akbar Faisal (Fraksi HANURA). Ia begitu populer karena selalu bicara, tampil dan bertingkah apa adanya, sekaligus berkarakter. Dan pertimbangan inilah yang mungkin menjadi latar dari penyelenggara Reuni HMI FPBS IKIP UJUNG PANDANG-UNM, sehingga beliau didaulat menjadi pembicara pada acara itu yang bertemakan Pendidikan Karakter.

Selain itu, karena ia memang alumni HMI FPBS IKIP UJUNG PANDANG, meski ia sendiri menyatakan dalam pemaparannya, bahwa ke-HMI-annya tidak terlalu kental, bahkan oleh sebagian anak-anak HMI – dalam berbagai kesempatan mengkonfirmasi tentang Akbar Faisal pada saya dan keanggotaannya—meski ia sekarang didaulat menjadi salah seorang penasehat Kahmi.

Cerita tentang Akbar Faisal dan HMI, hanyalah sepenggal cerita dari perkawanan saya. Sebab, setelah itu tidak ketemu lagi. Ia sudah jadi sarjana, dan langsung mengembara ke Surabaya, Bali dan Jakarta. Latar masuknya ia ke HMI ada cerita tersendiri. Waktu saya menjabat Ketua Umum HMI KORKOM IKIP UP, saya sering ditanyai oleh anak-anak HMI Komisariat FPBS, tentang ulahnya yang suka “mengganggu” anak-anak Kohati, padahal saya adalah kawan dekatnya.

Hingga sekali waktu, saya lama tidak ketemu, karena waktu itu saya menghabiskan waktu saya ti Sekretariat HMI Cabang Ujung Pandang di Bontolempangang, bersua di Kampus IKIP Gunung Sari. Dari ngobrol-ngobrol itulah, saya kemudian ajak masuk Basic Trainng HMI, tetapi bukan di Komisariat FPBS, di Bontolempangang. Dan ia sangat kritis dalam training itu, apalagi curhatnya pada saya tentang kualitas para instruktur yang kurang memahami jalan pikirannya.

Perkawanan baik saya dengan Akbar Faisal bukanlah saat di HMI, karena keburu menghilang itu. Tetapi sewaktu saya masih sangat aktif di organisasi Intra Kampus. Dari seluruh peristiwa yang sangat membekas, baik pada dia maupun saya, saat kami sama-sama aksi mogok makan di UNHAS, sebagai aksi solidaritas terhadap kawan-kawan mahasiswa ITB yang dipecat, diantaranya adalah Fajul Rachman (aktivis yang sangat vokal saat ini) Dan saat itu juga, di ITB berlangsung pula aksi mogok makan yang dilakukan oleh Ondos (saya agak lupa nama aslinya). Dari perjumpaan saya di acara reuni itulah, saya diceritakan olehnya, bahwa Ondos telah wafat karena kecelakaan, padahal ia juga anggota DPR-RI dari PDIP.

Satu hal yang saya salut dari Akbar Faisal, karena keberaniannya. Sejak sama-sama dulu di Kampus hingga saat ini. Juga kesederhanaannya. Awalnya saya agak ragu, apa ia masih ingat sama saya. Begitu nama saya disebut di acara reuni itu, karena memilih duduk di jejeran kursi belakang, maka ia pun menoleh ke belakang dan menyapa. Ternyata, kawan saya yang satu ini tetap seperti itu, tidak ada perubahan yang berarti. Dan di acara itulah, saya kemudian terlibat perbincangan yang cukup “romantis” tentang masa-masa “menggelandang” di Kampus dulu.

Sebenarnya ada yang saya tunggu dari acara itu, yakni Akbar membaca puisi, sebagaimana sering ia membacakanku puisi, setiap bertemu. Sebab, setiap ia membacakan puisinya di pelataran kampus Gunung Sari, salah satu pendengar terbaiknya adalah saya, meski bagi mahasiswa lain menganggap itu tidak lebih dari ocehan saja.

Pertemuan di acara reuni itu, meski singkat tapi sangat membahagiakan bagi saya, sebab selama ini, saya cukup gemas menyaksikannya di layar TV saja. Setelah pisah kembali, saya pun melayangkan SMS padanya: “Ass. Buat saudaraku Akbar Faisal: Teruslah bicara dengan hatimu, agar hati rakyat juga merasakan ketentraman. Dan janganlah bicara dengan mulutmu, sebab ia hanya sampai di telinganya saja. Selamat berjuang ... Wass.”

0 komentar:

Posting Komentar