DUPA
Merindu pada harum wangi dupa, saat perhelatan maulid Baginda Nabi, di
rumah kaum yang merayakannya. Makin hari makin jarang kutemui.
Selagi masih kanak-kanak, salah satu bulan yang kutunggu hadirnya adalah bulan Maulid, di samping bulan Ramadhan.
Apa pasal sehingga kedua bulan itu menjadi amat penting bagi masa
kanakku? Sebab, pada kedua bulan itu, selalu kuhirup bau dupa yang harum
mewangi.
Pada bulan Maulid, setiap acara barazanji dibacakan,
kepulan asap dupa mengiringi lantunan para pembacanya. Sedangkan pada
bulan Ramadhan, tepatnya saat menyongsong kedatangannya, ritus atas
bulan agung itu, didupakan pula dengan segenap khusyuk dalam lautan
wewangian asap dupa.
Bulan Maulid kali ini, belumlah ada rumah
yang kusambangi untuk mengekstasi harumnya bau dupa. Atau karena memang
kebiasaan ini sudah ketinggalan zaman? Menjadi milik masa silam, ketika
masih kanak-kanak?
Jika demikian adanya, maka aku akan
membakar dupa atas dukaku ini. Sambil mengkomat-kamitkan mantra: "Pada
asap dupa yang terbakar, meliuklah ke masa silam, ke alam kanak-kanakku,
saat wangi dupa masih menyelimuti diri."
0 komentar:
Posting Komentar