Mengapa di negeri ini, anak-anaknya sibuk mempersoalkan perbedaan awal dan akhir puasa ramadhan? Padahal di hari berikutnya, mereka sudah bertemu dalam ibadah yang sama?
Tak usalah sibuk bersoal awal dan akhir puasa ramadhan, tapi sibuklah untuk memikirkan-menindaki anak-anak negeri, yang belum berpuasa, karena mereka belum merasakan nikmatnya puasa.
Bagi yang lebih dulu memulai puasa, hendaklah bersabar menunggu saudaranya di hari berikutnya, untuk bersama-sama bernikmat ria dalam raihan barakahnya puasa. Yang belakangan memulai puasa, hendaknyalah memberikan ucapan selamat pada saudaranya yang lebih dahulu memulai perjalanan, sambil berucap; "tunggulah aku di hari berikutnya, kita akan bersama dalam larutan barakah".
Akan halnya mengakhiri puasa,tidaklah perlu sibuk berbeda soal. Sebab, memulainya pun sudah berbeda. Dan toh semuanya pun juga akan mengakhirinya.
Bagi yang lebih dulu mengakhiri, ajaklah buka puasa bagi saudara yang masih menjalaninya di tempatmu, bagilah kegembiraan lebaranmu dengan cara menyajikan buka puasa bagi yang masih berjuang menuntaskan perjalanannya.
Dan sebaliknya, ketika yang berbuka itu, telah memenuhi undangan berbuka saudaranya, hendaklah ia mengundang balik agar esok datang pula menikmati hidangan lebaran, agar kegembiraan pun dibagi bersama, agar semua anak negeri berbahagia, sebab mereka telah melakukan perjalanan ruhani yang berbuah kebahagiaan.
Wahai yang yang lebih suka sibuk bersoal tentang berbeda itu, kusabdakan padamu, bahwa berbeda itu adalah sesuatu yang niscaya dan juga rahmat bagimu. Undanglah rahmat itu, ke dalam dirimu, agar bencana menjauhimu.
Pun kuwasiatkan padamu, bahwa bersoal tentang awal dan akhir puasa ramadhan, hanya milik bagi mereka yang masih membedakan antara bulan ramadhan dengan sebelas bulan lainnya. Padahal bulan-bulan lain telah meminta diri untuk di-ramadhan-kan.
0 komentar:
Posting Komentar