Kamis, 03 Januari 2013

LOGIKA




Javid Morteza, hari ini  di usiamu yang ke-7, Abimu ingin berwasiat kepadamu, tentang Kekuatan Logika dan Logika Kekuatan

Menjadilah manusia nomena, bukan manusia fenomena. Sebab, hanya manusia nomenalah yang sanggup menangkap kebenaran.

Gunakan kekuatan logikamu untuk membaca zaman yang gila ini. Dan bukan logika kekuatan, seperti yang sering diperagakan oleh manusia fenomena.

Javid, hanya dengan kekuatan logika, engkau bisa mendapatkan hikmah-ilmu, yang akan mengantarmu pada benar-salah. Sedangkan mengandalkan logika kekuatan engkau hanya meraih kekuasaan, yang akan menjebakmu dalam menang-kalah.

Hikmah-ilmu akan abadi, sebaliknya kekuasaan sifatnya sesaat. Hikmah-ilmu akan menjagamu, sedang kekuasaan kamulah yang harus menjaganya.

Para Nabi, Imam, Ulama, kaum cendekia mewariskan hikmah-ilmu, sementara para penguasa, tiran mewariskan dan berebut kekuasaan. Hikmah-ilmu akan menyelamatkanmu, sedangkan kekuasaan akan membinasakanmu.

Jadilah manusia abadi dan ridho, seperti nama yang kunisbatkan kepadamu: Javid, yang berarti keabadian dan Morteza nama belakangmu yang bermakna yang diridhoi.

Abimu akan berusaha sekuat tenaga untuk memahat kekuatan logika ini. Pada dinding ingatanmu, pada ranah batinmu, agar engkau menjadi tercerahkan pada fikiran (raushanfikr) dan tersingkap dalam batin (raushandhamir)

Meski usiamu saat ini, barulah memasuki  tahun ke-7, belumlah tentu engkau mengerti wasiatku ini. Tapi kelak ketika engkau baligh, ketika akalmu sudah memenuhi syarat untuk dihisab. Abimu sangat berharap untuk mengerti wasiatku ini.

Tidak ada yang lebih Abimu khawatirkan, ketika usiamu sudah cukup baligh, tetapi cara hidupmu, masih seperti anak-anak yang memperebutkan permen kekuasaan, dengan mengandalkan logika kekuatan. Seperti manusia fenomena yang makin banyak melata di negeri ini.

Pada ruang perpustakaan Abimu, di pojok kamar belakang rumah, tepat di usiamu yang ke-7, 30 Januari 2012, wasiat ini kutulis buatmu.

0 komentar:

Posting Komentar