Duhai anak-anak negeri yang berseragam putuh
abu-abu, mengapa masih saja enggan meminum anggur kehidupan yang kutawarkan,
walau hanya secawan. Ataukah madu pencerahan, walau hanya sesendok. Begitupun
juga api kreatifitas, walau hanya sebagai pemantik.
Memang amat susah bagimu memilih, padahal ada
sekian banyak pilihan. Engkau lebih suka pada yang serba seragam, seperti
seragam yang engkau kenakan, putih abu-abu.
Padahal seragammu kini, hanyalah akumulasi
dari seragam-seragam sebelumnya. Ketika engkau di Sekolah Dasar, engkau
diseragamkan dengan putih merah. Ketika engkau di Sekolah Menengah, pun masih
diseragamkan dengan putih biru.
Makanan, minuman dan tempat tujuanmu pun sudah
seragam. Makanan pavoritmu, pizza. Minuman kesukaanmu, coca cola. Tempat pelesiranmu,
mall.
Wajarlah kalau pikiranmu pun serba seragam.
Engkau amat sulit menerima yang beragam. Kuingatkan kembali, bahwa hidup ini
pijakannya adalah beragam dalam keragaman. Yang demikian itu adalah takdir
kehidupan. Bukankah kita ditakdirkan untuk beragam, dan itu firman Yang Maha
Penakdir.
Terakhir, masih saja ingin kutawarkan padamu,
dan kunyatakan padamu, bahwa pelangi masih lebih indah dari warna seragammu.
Meski engkau tumpuk mulai dari Sekolah Dasar, Menengah hingga Atas. Sebab,
hanya selalu dua warna yang mengiringi pertumbuhanmu.
Orang-orang besar jiwanya, para utusan yang
suci, aktor-aktor perubahan, tidak tumbuh dalam didikan dua warna, tetapi dalam
banyak warna. Karena dengan mengenal banyak warna, mereka bisa membaca
sekaligus menaklukkan warna-warni kehidupan. Dan yang lebih penting untuk
engkau ketahui, mereka tidak pernah memakai seragam, apalagi berseragam dalam
pikiran dan tindakan.
0 komentar:
Posting Komentar