Dalam mengarungi perjalanan, melintasi masa, dibutuhkan tunggangan sebagai sarana untuk memperlancar seorang pejalan.
Kuda, sepeda-motor, mobil adalah bentuk-bentuk tunggangan yang telah mengabdikan dirinya, bagi kemudahan tuannya.
Tetapi, jika tidak waspada, tunggangan itu akan memperbudak tuannya. Kuda, yang semula jinak, jika tidak bisa dikendalikan akan memelanting jokinya. Sepeda-motor, akan mencederai pengendaranya, jikalau ia mulai mengendalikan perjalanan. Mobil, akan mencelakakan sopirnya, jikalau lepas kendali, ketika mobil sudah mulai menyetir sopirnya.
Memang terasa pedih, sakit, tersiksa, kala joki terpelanting, pengendara tercederai, sopir kecelakaan, sebab tuan telah menjadi budak bagi tunggangannya.
Akan halnya pula di alam ruhani. Nafsu hadir sebagai tunggangan untuk memenuhi hasrat-hasrat, bagi insan untuk suatu perjalanan ruhani.
Nafsu akan menjadi penolong, jikalau masih dalam kendali tuannya. Karena tuannya akan menjadi kreatif, obsesif, bahkan happies.
Sebaliknya, jikalau nafsu telah menjadi tuan, nafsu mulai menunggangi, maka alamat kepedihan, kejatuhan, keterpurukan hidup akan segera menjadi teman setia.
Berjumpa dan bergaul dengan keserakahan, kemunafikan, kebohongan, penipuan, pengkhianatan, adalah isyarat-isyarat dari nafsu yang tak terkendali atau nafsu mulai memegang kendali tunggangan hidup.
0 komentar:
Posting Komentar