Hidup melata di atas dunia sementara ini,
membutuhkan mal (harta). Buah pikiran, buah hati, buah usaha, buah kerja adalah
bentuk-bentuk kongkritnya. Amat berat menjaga, memelihara dan menempatkan
sebagaimana mestinya buah-buah itu.
Akan halnya di alam keabadian, yang akan menyelematkan adalah amal (perbuatan). Maka saatnyalah menjadikan mal itu menjadi amal. Buah-buah itu, akan menjadi busuk kalau tidak segera dibagikan, dirobah, diarahkan bentuknya.
Akan halnya di alam keabadian, yang akan menyelematkan adalah amal (perbuatan). Maka saatnyalah menjadikan mal itu menjadi amal. Buah-buah itu, akan menjadi busuk kalau tidak segera dibagikan, dirobah, diarahkan bentuknya.
Perjalanan menuju keabadian, mal yang berupa buah-buah itu hanya akan memperberat perjalanan. Seorang pejalan, yang mengerti beratnya perjalanan akan mengfektifkan bekal perjalanannya.
Tidaklah perlu membawa semua mal-buah untuk suatu perjalanan. Cukuplah diefektifkan menjadi jus, sebagai penandanya, jus amal.
Bukankah para arif-bijak selalu berkata, bahwa dalam perjalanan menuju keabadian akan ada tiga pengiring, dua kembali, satu setia bersama si pejalan?
Buah-buah itu, semuanya akan kembali, hanya yang telah dibagikan, dirobah, diarahkan bentuknya menjadi jus yang akan bermanfaat.
Amatlah mudah jikalau mal itu mau menjadi amal. Cukup menambahkan satu huruf a saja di depan kata amal. Meski amat berat, tapi demikianlah jalannya. Berbahagialah orang yang telah menemukan jalan itu, karena sejauh perjalanannya, jalan itu akan membahagiakannya.
0 komentar:
Posting Komentar