Bagaimana mungkin aku memahamkan cakrawala
kepadamu, jikalau sejak lahir, engkau telah bersatu dengannya?
Jiwamu telah dikerangkeng olehnya, bahkan
akupun nyaris menghabiskan usiaku, hanya untuk menghalau godaannya.
Aku berharap masa ini adalah masamu untuk
bersiap memisahkan dirimu dengan cakrawala. Sebab, engkau telah mewujud menjadi
petualang. Engkau adalah anak panahku, yang sebentar lagi kutarik busurnya,
lalu engkau akan melesat, melejit menembus langit harapan.
Harapan-harapanmu memang setinggi langit,
meski agak sulit kepenuhi inginmu. Tetapi busur itu akan tetap kutarik
sekencang mungkin, agar citamu tertancap pada langit harapan.
Anak panahku, maafkan aku, yang hanya bisa
melesatkanmu pada dinding berbatas, yang kurasa mampu menghampirinya. Pahatlah
inginmu, citamu, pada dinding harapan itu.
Selaku penarik busur, aku akan selalu menunggu
warta, dari masa depan yang kelak engkau akan ikut melukisnya.
0 komentar:
Posting Komentar