DION DAN BUAH HATINYA.
Untuk Dion-anak Zaman, setelah kurang-lebih
tiga tahun usia perkawinanmu, kau telah bersenggama dengan alam, bersetubuh
dengan cakrawala, bersebadan dengan diri, akhirnya kehamilan pun berbuah sudah,
menanti kelahiran anak ruhani, yang kelak akan kau beri nama: Narasi Cinta dan
Kemanusian.
Sebuah nama yang indah, melebihi indahnya
pelangi, cantik melampaui mawar, harum menenggelamkan melati, mekar mendahului
anggrek. Maka bersiaplah menuju pada kematian, karena akan ada kelahiran.
Buah hatimu ini, akan memberi kesegaran bagi
yang sempit hatinya, memberi kelapangan dada bagi hati yang beku, memberi
siraman rohani pada yang iri hati. Menyodorkan secawan anggur pelipur lara bagi
yang gundah gulana. Akan menjadi penghibur bagi para penikmat cinta.
Cintanya mewarisi para pesuluk-pemunajat pada
Ilahi. Kasihnya mewarisi Bunda Theresa. Sayangnya merupakan titisan Mahatma
Gandhi. Keberaniannya meneladani Imam Husein di padang Karbala. Kecerdasannya
tertambat pada Imam Ali sebagai pintu ilmu.
Ditangannya dunia menjadi sangat kecil, sekecil
globe yang dipandang dan diputar-putar oleh anak sekolahan. Awan akan meminta
ijin pada matahari agar sudilah kiranya memberi kehangatan atas bumi yang
dipijak. Hujan akan mengatur irama derasnya agar tidak berlebihan hingga jadi
bencana. Angin pun hanya ingin memberikan sepoinya agar kedamaian bukan lagi
dambaan, melainkan kenyataan.
Maka rayakanlah buah hatimu ini, sesosok anak
ruhani yang akan memandu peradaban. Peradaban yang sarat akan cinta dan
kemanusiaan, seperti nama yang telah dinisbahkan kepadanya. Kehadirannya akan
memberikan getaran dari sebuah negeri yang nyaris hilang dan terancam punah
peradabannya. Jiwanya akan senantiasa menjadi sumber mata air bagi raga yang
haus akan pedoman dalam bermusyafir.
0 komentar:
Posting Komentar