Tulisan ini saya buat sebagai respon atas
banyaknya tanggapan, terhadap postingan saya beberapa waktu yang lalu,
berkaitan dengan baliho Boetta Ilmoe yang diturunkan oleh Satpol PP.
Baliho Rumah Baca Boetta Ilmoe (selanjutnya
sebut saja baliho), bagi saya adalah sebuah tanda, sebagai sebuah penanda, yang
ditandai. Sebagai sebuah tanda, berarti mengalamatkan sesuatu, bahwa pada
dirinya terdapat hal yang begitu banyak representasi. Dengan demikian baliho,
sebagai penanda, sesungguhnya mewakili begitu banyak keinginan, obsesi,
cita-cita yang kemudian terumuskan dalam sebuah gerakan, yang ditandai dengan
pentingnya menghadirkan simbol dari banyaknya representasi dan wujud gerakan.
Dengan demikian, ketika simbol ini terganggu secara eksistensial, maka
sesungguhnya, akan mengusik penanda, dan juga terhadap tanda, yang ditandainya,
sebagai penanda.
Demikian juga sebaliknya, tindakan menurunkan
baliho itu, dengan motif apapun, dan insiden apapun yang menyertainya, bagi
saya menunjukkan bahwa ada tanda, sebagai penanda dari sebuah kuasa yang
ditandainya sebagai tindakan. Sehingga, tindakan menurunkan baliho sebagai
simbol kebijakan kekuasaan, sesungguhnya memberikan penanda bahwa didalamnya
ada semangat berkuasa, sebagai tanda kekuasan itu amat mungkin sangat repressif.
Hadirnya sebuah simbol, sebagai bentuk konkrit
dari sebuah tanda, mengundang begitu banyak persepsi, termasuk perlakuan apa
yang diberikan kepada simbol itu. Maka, apalah arti sebuah baliho, itu amat
bergantung pada persepsi yang kita miliki terhadap tanda, sebagai penanda yang
ditandainya. Bagi saya, sebagai sebuah persepsi, baliho Boetta Ilmoe itu adalah
representasi keberadaan diri dari begitu banyak keinginan, cita-cita, obsesi,
semangat, yang ditandai dengan hadirnya sebuah simbol gerakan, dalam akumulasi
kalimat: Butta Toa-Bantaeng Menuju Masyarakat Literasi, sebagai sebuah
kelanjutan dari hadirnya Boetta Ilmoe-Rumah Pengetahuan untuk pencerahan.
Saya tidak menuntut semua orang mempunyai
persepsi yang sama seperti yang saya persepsikan, karena amat bergantung pada
pahaman terhadap tanda, penanda yang ditandai oleh baliho itu. Yang saya tuntut
adalah perlakuan yang sama terhadap sesama simbol-simbol, yang merupakan wujud
kepentingan. Bukankah demokrasi sebagai asas yang dianut dalam bermasyarakat
menuntut tindakan yang demokratis? Saya hanya menuntut tindakan yang
demokratis, sebagai wujud dari keinginan bersama untuk menegakkan kesetaraan
sesama warga dengan berbagai macam kepentingannya.
Terlalu berlebihan memang kalau tindakan
menurunkan baliho itu dianggap menganulir seluruh prestasi dari pemerintah
Kabupaten Bantaeng, tetapi meremehkan baliho itu sebagai sebuah pajangan
semata, juga adalah tindakan kurang arif dan bijak. Sebab, kalau sebuah baliho
dipersepsikan sebagai lembaran-lembaran pajangan saja, lalu mengapa begitu
banyak uang yang harus dikeluarkan oleh seseorang, sekelompok kepentingan untuk
memajang diri?
Saya ingin insiden ini kita persepsikan secara
proporsional saja, sebagai pembelajaran berharga buat sesama anak negeri, bahwa
di negeri yang kita sama-sama cintai ini, Butta Toa-Bantaeng, masih perlu kita
benahi bersama. Ini berarti, amat banyak celah yang masih perlu kita carikan
solusinya, tidaklah perlu menonjolkan diri lebih baik, lebih berkuasa, lebih
mengerti, lebih berpunya, lebih cerdas, baik sesama warga, maupun pemerintah.
Toh, kehadiran Boetta Ilmoe hanyalah salah satu bentuk kontributif pembangunan
jiwa, dari keinginan untuk mewujudkan negeri yang lebih punya harkat dan
martabat. Dan itu pun juga, masih ada bentuk-bentuk kontributif lain dari warga
yang perlu diapresiasi.
Saya mengucapkan begitu banyak terimakasih
atas perhatian yang luar biasa terhadap insiden ini, tidaklah perlu lagi saling
menyalahkan hanya karena persepsi yang berbeda. Simpati, solidaritas, harapan,
doa dan solusi yang diberikan amat membahagiakan saya, dan mudah-mudahan bisa
saya tularkan kepada seluruh komunitas di Boetta Ilmoe-Rumah Pengetahuan. Dan
bagi saya, tumbangnya satu simbol, akan lahir begitu banyak simbol dalam bentuk
yang lain.
Adapun solusi terhadap insiden ini, saya akan
mengambil langkah-langkah berdasarkan masukan, saran dari berbagai pihak, yang
akan saya komunikasikan kepada para penanggung jawab di setiap lini di Boetta
Ilmoe-Rumah Pengetahuan. (Sulhan Yusuf, CEO Boetta Ilmoe – Rumah Pengetahuan).
0 komentar:
Posting Komentar