Pada setiap diri masing-masing, punya titian untuk menyeberang menuju keabadian. Penandanya ada pada setiap yang melengket di diri.
Ada diri yang diberi kelapangan sebagai titiannya. Demikian pula pada diri yang dilililti kesempitan sebagai titiannya.
Dalam perjamuan hakikat, kelapangan dan kesempitan tidaklah berbeda. Sebab semuanya hanyalah titian. Bagai alat untuk menyeberang ke tujua
n abadi.
Kelapangan akan diikuti oleh banyaknya kewajiban-kewajiban, yang harus ditunaikan untuk melapangkan kesempitan. Sedangkan kesempitan punya banyak hak untuk meminta agar dilapangkan jalannya.
Jikalau memang diri ditakdirkan untuk bersama kelapangan, maka jalanilah titian itu dengan melapangkan kesempitan.
Jikalau kesempitan telah bersama dengan diri, maka mintalah dan tuntutlah kelapangan itu dengan cara yang santun dan bermartabat, agar diberi kelapangan pada yang telah dilapangkan dirinya.
Usahlah menunggu masa kelapangan dan kesempitan baru bertindak merintis jalan titian, sebab dengan begitu harmoni kehidupan akan menyata, untuk segera ke seberang pada kebabadian, lewat titian-titian diri masing-masing. Menitilah bersama apa yang telah dititipkan sebagai titian.
Kelapangan akan diikuti oleh banyaknya kewajiban-kewajiban, yang harus ditunaikan untuk melapangkan kesempitan. Sedangkan kesempitan punya banyak hak untuk meminta agar dilapangkan jalannya.
Jikalau memang diri ditakdirkan untuk bersama kelapangan, maka jalanilah titian itu dengan melapangkan kesempitan.
Jikalau kesempitan telah bersama dengan diri, maka mintalah dan tuntutlah kelapangan itu dengan cara yang santun dan bermartabat, agar diberi kelapangan pada yang telah dilapangkan dirinya.
Usahlah menunggu masa kelapangan dan kesempitan baru bertindak merintis jalan titian, sebab dengan begitu harmoni kehidupan akan menyata, untuk segera ke seberang pada kebabadian, lewat titian-titian diri masing-masing. Menitilah bersama apa yang telah dititipkan sebagai titian.
0 komentar:
Posting Komentar